Senin, 14 Desember 2009

SEDIH

Yang ada diotaknya Cuma curiga
Yang ad adi hatinya Cuma amarah
Yang ada di mulutnya Cuma makian
Yang ada terdengar olehnya Cuma hasutan

Teringat akan Sengkuni saat dia bicara
Teringat juga Dursasana saat dia tertawa
Tertawa bersama koleganya
Merayakan hasutan yang dipercaya

Aku harus jadi Sengkuni agar hidup enak katanya
Kalau aku jadi Arjuna maka aku akan miskin
Aku pula harus seperti Dursasana, agar hidupku mulya
Karena bila aku jadi Bisma maka aku akan kelaparan, lalu mati tertancap panah

Lupakah aku tentang rakyatku? Tidak!
Lupakah aku tentang janjiku? Tidak!
Justru karena aku ingat rakyat dan janjiku, aku harus begitu!
Arjuna akan memaafkan musuhnya, Bisma akan menangisi lawannya, aku bukan mereka

Sekali lagi untuk Negara aku harus seperti Sengkuni dan Dursasana
Dan terdengar gemuruh tangisan ibu Pertiwi mendengar pengakuan anaknya
Teringat aku kata seorang Nabi “Alangkah baiknya orang-orang sibuk meneliti aib sendiri dengan tidak mengurusi aib-aib orang lain”

Ibu Pertiwi, semoga kami selalu dalam jangkauanmu, agar bila kami menjauh, masih bisa kau tetap merengkuh kami.

Kamis, 10 Desember 2009

Gustiku, Gustimu

Cuma dia yang masih sering mengunjungiku. Kadang seminggu sekali, kadang sebulan sekali, lebih sering sebulan sekali. Awalnya aku tak begitu perduli dengan apa yang dilakukannya, namun seiring berjalannya waktu, aku jadi perduli. Mungkin ini karena kesadaran. Aku sekarang hidup sendiri. Kutinggalkan desa kelahiranku untuk hidup sendiri. Sebenarnya aku tak ingin sendiri, mereka yang memaksaku. Mereka menghujat ibu dan ayahku. Bahkan hampir membunuhnya kukira. Masih kuingat saat parang tajam berkarat itu menempel dileherku. Katanya “kau yang pergi atau kau sekeluarga habis”. Menurut mereka aku penyebab kericuhan di kampung, namun aku sendiri tak ingat kericuhan apa yang kutimbulkan. Yang bisa kuingat hanya Gondo, anak pak kepala dusun yang juga orang paling kaya didusun meludahi sesaji yang aku taruh di mata air belakang rumah kami. Aku marah, aku hantam kepalanya dengan kepalan tanganku yang keras karena terbiasa membelah kayu, dan dia tersungkur, lalu bangkit dan berlari dengan mata penuh dendam.

Seminggu setelah kejadian itu, rumahku sering didatangi hal-hal yang tidak menyenangkan. Suatu malam tiba-tiba sebongkah batu sebesar dua kepalan tangan menembus genteng rapuh dan jatuh berdegum didepan ibuku yang sedang makan, ibu kaget dan menangis sepanjang malam. Lalu ada taburan garam didepan pintu dan segumpal tanah aneh dibungkus kain putih, kemudian ayam milik ayah mati dengan mulut berbusa. Sampai puncaknya disuatu malam ada sekitar seratus orang yang aku sendiri tak tahu siapa mereka, yang pasti mereka bukan orang dusun sini. Ratusan orang itu berteriak laksana prajurit yang akan menghancurkan lawannya. Kami ketakutan, wajah ibu pucat dan ayah geram menahan amarah.
“ijinkan aku keluar ayah” pintaku. Dan mata itu, sinar mata yang tak akan pernah kulupakan seperti mengatakan bahwa dia ingin menemaniku keluar untuk hadapi orang-orang tak dikenal itu, namun dia juga tak kuasa meninggalkan wanita yang dicintainya duduk lemas dengan wajah pucat. Dan dia Cuma mengannggukan kepalanya, dan aku tahu dihatinya dia berkata “hati-hati nak, Gusti bersamamu”
Dan aku keluar melangkah keluar tanpa membawa apapun untuk melindungi diri. Takut, ya aku sangat takut saat itu, namun aku lebih takut bila aku harus melihat orang-orang yang seperti lupa diri itu menghancurkan ayah ibuku.
“apa maumu?” tanyaku
“kamu orang najis, haram, buat nama desa jadi hancur” kata seorang laki-laki berwajah Sengkuni.
“Ya, kamu kafir penyembah pohon!”
“Dasar bangsat! Penyembah patung, Gusti tak perlu kau beri bunga, jahanam!
“aku tidak menyembah pohon! Aku menyembah Gusti” kataku
“ah…persetan, pokoknya kau harus pergi dari desa ini!”
“ini rumahku, aku lahir disini, tolong jangan suruh aku pergi”
“ah..jangan banyak omong, pergi! Atau kami bakar rumah dan penghuninya!”
Aku kalut, takut, marah dan bingung. Terbayang ayah dan ibu terbakar dalam rumah dan mati. Aku tak mau itu terjadi. Dan orang-orang itu mulai mendorongku, bahkan ada yang mulai melemparkan obor ke halaman rumahku.
“Ya..ya..ya…aku pergi”
Lalu orang-orang itu segera menarik tanganku dan mendorongku sampai aku terjatuh, dan aku terus terjatuh sampai akhirnya aku tersungkur di batas desa dengan hutan angker yang ditakuti warga dusun.aku tersungkur dan tak bangun lagi. Semua sepi. Sampai akhirnya dingin air hujan membangunkanku.

Aku kini sendiri, dan kata mereka juka aku kembali maka ayah dan ibuku akan hilang. Aku sedih, kata ayah hanya Gusti yang berhak menghilangkan manusia, namun kali ini manusia-manusia yang tak kukenal itu mengancam aku akan menghilangkan kedua orang tuaku.

Tangisku kini kering bila mengingat malam itu, tertawapun aku tak sanggup. Aku hanya bisa tersenyum bila dia datang ke gubuku. Aku pernah bertanya mengapa dia tak menikah? Awalnya dia menangis, namun tak menjawab satu katapun, dan akhirnya dia tak pernah mengatakan apapun dan aku tak pernah bertanya apapun. Saat bertemu, kami hanya bicara tentang burung yang berwarna tiga denan paruh putih dan bersungut ungu, tentang lekuk batu yang terbentuk oleh air terjun tempat kita mandi bersama, tentang rimbunnya daun pohon di hutan yang ditakuti oleh penduduk dusun.

Dia yang dulu sangat dekat denganku kini menjadi semakin dekat denganku. Dan perlahan aku tahu bahwa anak kepala dusunpun menginginkan dia, namun dia tak mau hingga akhirnya anak kepala dusun itu memmbenciku sampai ke akar. Dan akhirnya akupun tahu bahwa orang-orang beringas yang hamper membakar rumah kami adalah orang bayaran si Gondo. Tapi sudahlah, aku sudah tercatat di sejarah dusunku sebagai salah satu noda hitam yang memalukan. Dan dengan berjalannya waktu, itu sudah tak menjadi beban pikiranku, lebatnya pohon, beningnya air dan suara burung di hutam ini sudah mengajariku untuk memaafkan semuanya. Dan kudengar aku sudah punya adik perempuan berumur 3 tahun, aku beryukur karena Tuhan telah memberikan pengganti kepada orang tuaku yang aku yakin lebih baik.

Dan kembali lagi tentang dia, katanya dia tak ingin lagi kembali ke dusun. Dia ingin tinggal di hutan bersamaku, terasing dengan dari kebencian untuk bergabung dengan kedamaian katanya. Perlu waktu yang cukup lama untuku untuk mengiyakan permintaannya untuk tinggal bersama di hutan nan lebat dan damai ini. Dan kurasa sudah cukup lama dia membuktikan bahwa kami memang ditakdirkan untuk bersama. Dan bersatulah kami beranak pinak di hutan kami, bersama Tuhan kami kata orang dusun. Dan kata ayahku yang sempat datang untuk memperkenalkan aku kepada adiku yang sudah menginjak remaja “kasihan orang-orang, mereka tetap berpikiran bahwa Gusti mereka dan Gustiku berbeda, entah sampai kapan mereka akan berpikir seperti itu, kita serahkan saja kepada Gusti.

Minggu, 06 Desember 2009

MATI

Tubuh itu terbujur kaku
Kepala dan kakinya terikat agar bisa membujur bagus
Dan tanganya kadang dipaksa memegang perut
Dia seperti patung yang berkulit lembut

Roh telah keluar dari jasadnya
Berusaha lagi mencapaiNya
Beberapa pintu akan dilaluinya
Dan semua tergantung dari semasa hidupnya

Akankah rohku menyesali segala kesalahan dalam hidupku
Akankah rohku berencana memperbaiki kehidupan selanjutnya
Sedikitpun aku tak mengerti akan hal itu
Yang aku tahu, ketika aku hidup, aku masih bisa menyesali dan bisa memperbaiki.


Note : minggu, 7 Desember kemarin pak Susilo, bapaknya Oni meninggal. Semoga perjalanan pak Susilo lancar dan berbahagia bersamaNya. Banyak aku belajar darinya, kesederhanaan, perjuangan, kejujuran dan kepasrahan dalam kehidupan. Selamat jalan pak Susilo.

Rabu, 18 November 2009

NURANI

Kataku, hidup ini indah
Tentang katamu, aku mencoba tuk tak perduli
Karena kupercaya bahwa Dia indah
Karena kupercaya bahwa Dia baik

Sering kumerasa bahwa kita perlu jadi elang
Karena saat jadi bangau, sang pemimpin tak lagi bijak
Karena saat jadi manusia, sang pemimpin tak lagi perduli
Saat kujadi elang, kubisa tentukan arahku sendiri. Tak perlu ku mengekor

Kadang bosan aku mendengar
Mendengar suara harimau, namun yang ternyata dia anjing
Mendengar suara malaikat, namun ternyata dia iblis
Jadi sudah saatnya kudengarkan hati kecilku, untuku dan orang sekitarku

Aku berdoa semoga bangau, mulai dengarkan anaknya
Aku berdoa semoga manusia, mulai dengarkan hatinya
Aku berdoa semoga harimau tak berubah ke anjing
Dan aku berdoa semoga malaikat terasa jelas olehku

Minggu, 01 November 2009

ADAKAH MILIKU?

Banyak para pemuka agama dan orang kaya saat melepaskan sebagian harta mengatakan bahwa ini adalah titipan Allah, jadi sudah selayaknya kalau kita bersedekah. Mereka benar 100%, dan aku ingin seperti itu. Bisa melepaskan apa saja yang ada padaku kapan saja dan dimana saja. Kekuasaan, harta, benda, anak, orang tua, apapun, siapapun dan berapapun bisa kita lepaskan, karena semua itu adalah ‘titipan’ Tuhan. Namun aku merasa tak mampu, aku selalu masih merasa bahwa aku masih menginginkannya, dan saat kehilangan sedikit saja aku masih merasa gusar.

Mungkin itu karena aku manusia, mungkin kalau malaikat bisa begitu. Manusia punya beragam rasa, rasa senang, sayang, ingin punya, takut, dan rasa-rasa yang lain. Namun toh kita telah diberiNya pikiran untuk menentukan rasa yang mana yang akan kita pakai, kita bisa menentukan. Bila ada saja sedikit kasih dalam hatiku kita, berarti kita punya kesempatan untuk mengembangkannya menjadi lebih besar. Semakin besar kesadaran kita akan kasih, pasti akan menjadikan kita melupakan kata “miliku dan punyaku”. Semua perlu dilatih dan dibiasakan, dari sedikit dahulu.

Oleh sebab itu sebelum mengucapkan bahwa “ini semua titipan Allah” sebaiknya dipikirkan kembali. Apakah kalimat tersebut keluar dari hati atau dari otak kita? Selalu pikirkan “adakah miliku?”

TRUK SAMPAH VS MOBIL DINAS PEJABAT

Dari senin sampai jumat hidung ini selalu saja terpolusi oleh bau menyengat yang berasal dari truk sampah yang sudah jauh didepanku, dan bila ingin terbebaskan, aku harus memacu sepeda motor agar bisa melewatinya.

Hampir separo dari semua truk sampah yang aku pernah salip bak kayunya berlubang semuanya, ada yang kayunya kropos, ada yang sudah miring karena kelebihan beban. Yang pasti hamper semuanya meneteskan air disepanjang jalan yang dilewatinya sehingga aroma pagi menjadi semakin seru antara polusi dan bau busuk sampah basah. Aku Cuma berpikir mungkin pemerintah kehabisan dana untuk perbaikan sehingga harus menunggu anggaran tahun depan untuk memperbaikinya. Namun tiba-tiba terdengar kabar bahwa mobil dinas dari para pejabat tinggi diperbaharui! Ini gila!! Atau mungkin aku yang bodoh karena tak tahu tentang pembukuan dan anggaran. Katanya, ini semua sudah dianggarkan. Pertanyaannya adalah apa kalau sudah dianggarkan itu harus dihabiskan? Apa tidak bisa dialihkan barang sedikit untuk perbaiki atau untuk beli bak sampah yang sudah tak layak pakai itu.

Aku berdoa, semoga pemerintah lebih memperhatikan hal-hal kecil yang mengakibatkan hal besar bagi masyarakat. Bila mereka mau, mereka pasti bisa.

Kamis, 22 Oktober 2009

MAMI

Tadi pagi aku diciumnya
Bahagia sekali aku
Biasanya aku dicium saat ada sesuatu
Namun tadi, dia menciumku begitu saja

Aku bahagia
Karena aku sudah mulai mencium tangannya
Karena sudah mulai bisa mengangguk saat dia bicara
Karena sudah mulai bisa memberikan cucu yang bisa buat dia tertawa

Memang banyak impianku untuknya
Mungkin nanti tidak semua terjadi
Mungkin nanti hanya sebagian kecil terjadi
Aku bahagia, karena apapun yang terjadi adalah kehendakNya

Entah sudah berapa doa yang dia panjatkan untuku
Yang pasti, tak terhitung
Entah sudah berapa pujian yang dia ucapkan untuku
Yang pasti, tak teringat

Aku bersyukur dilahirkannya
Aku bersyukur dirawatnya
Aku bersyukur dicubitnya
Dan aku bersyukur diharapkannya.

Terima kasih Tuhan, atas Mami yang luar biasa untuku.

Senin, 19 Oktober 2009

MERASA LAGI

Aku mendengarnya lagi
Pakai telinga? Tidak! Dengan hatiku
Aku merasakannya lagi
Dan itu mengobati rinduku

Dan aku hanya bisa menangis,
Mengangguk dan berhenti sebentar tuk menengadah
Terima kasih, Kau berikan lagi berkat itu
Kau berikan lagi kasih dan damai itu

Ya, memang itu bukan hanya untuku
Tapi untuk kubagi
Karena aku hanyalah saluran
saluran untuk kebahagiaan

Senin, 05 Oktober 2009

TAKUT

Rasa itu datang lagi
Perlahan, menggerogoti hatiku
Mempengaruhi otaku
Dan itu terjadi saat aku salah

Rasa itu perlahan menipis
Perlahan tergantikan percaya
Meringankan otaku
Dan itu terjadi saat aku mulai sadar

Hanya Dia, Cuma Dia
Tempat kita bersyukur, meminta
Hanya Dia, Cuma Dia
Yang bisa hapuskan takut

Hanya Dia yang bisa berikan kesadaran

Terima kasih Sang Hyang Widhi

Cetho, 4 oktober 09, pk. 19.30

Kamis, 01 Oktober 2009

KUKUH

Dia selalu terlihat kukuh dimataku
Bahkan untuk menyentuhnyapun aku kaku
Kadang dia meliuk saat angin menerpa
Namun tetap saja bagiku dia kukuh

Dari sebrang dia terlihat lembut
Dengan daun yang bersenandung saat ber-angin
Ditelingaku senandung itu selalu terdengar merdu
Namun tetap saja bagiku dia kukuh

Waktu berjalan, dan umurpun menua
Saat ber-angin dia tetap meliuk dan bersenandung
Dan mulai aku melihat betapa lembutnya dia
Dan aku melihat betapa resah ada dibalik kukuhnya

Dan aku mulai merasa lebih berani dekat
Aku senang
Aku bahagia
Aku bersyukur karena belum terlambat

Selasa, 29 September 2009

RINDU

Rasa itu datang lagi
Kata guru, aku dapat merasakanNya dimana saja
Kata guru, aku dapat berbicara denganNya kapan saja
Dan aku pun bicara, merasa

Tetap saja rasa itu datang
Dan sepertinya aku harus mencariNya
Kata guru, aku dapat menemuiNya dimana saja
Kata guru, aku dapat memanggilNya kapan saja

Namun, tetap saja rasa itu datang
Dan sepertinya aku harus segera menemuiNya
Aku akan menemuiNya dimana aku bisa
Dan aku merasa bisa menemuiNya

Aku akan sowan
Aku akan bicara
Aku akan mendengar
Dan aku akan merasa

Senin, 28 September 2009

JAUH

Lebih sering aku bersujud kepadaMu
Lebih sering aku menyebut namaMu
Lebih sering aku bercerita tentangMu
Lebih sering aku melihat kebesaranMu

Masih saja aku merasa jauh
Masih saja aku kurang percaya kepadaMu
Masih saja aku meragukanMu

Mungkin karena kerjaku tak sekeras dulu
Karena ikhtiarku tak sekeras dulu
Karena semua hanya diotak

Memang untuk dekat denganMu harus dengan kerja
Dengan laku!
Dengan kerja!
Dengan menjadikannya kenyataan!

Aku harus gunakan hatiku
Tuhan, aku mau dekat denganMu

Rabu, 16 September 2009

Lebaran

Seminggu yang lalu aku berkunjung ke seorang sahabat yang bagiku, dia adalah panutan. Seseorang yang biasanya kalau aku kesulitan, dia adalah salah seorang yang aku kunjungi untuk bicara. Sudah lama sekali aku ‘melupakan’ dia, menelponpun aku tak pernah. Dan kemarin aku dipeluknya, dia sekarang tambah sering dan banyak bicara tentang kehidupan, tentang bagaimana kehidupan yang disarankan oleh para Nabi, dan tentang kebenaran. Aku Hindu dan dia Islam, namun kami selalu sepaham, apa yang dia katakan aku selalu setuju, dan apa yang aku ceritakan dia ‘tersenyum’ (itu kalau dia tidak setuju) dan menurutkupun pengalamanku yang aku ceritakan memang tidak pantas serta jauh dari kebenaran.

Damai, itulah yang aku rasakan dari dua jam kenjunganku ke rumahnya, dan dia selalu bilang bahwa diapun sedang belajar, dia bukan guruku, dia tidak mau kuanggap sebagai guru. Dia bilang, bahwa seharusnya orang memberi tak perlu takut untuk kehabisan, karena yang memberi pasti akan diberi. Semua harus dibalik dari memberi setelah menerima menjadi memberi dulu dan kemudian serahkan semua kepadaNya, “ikhlas”, hilangkan pamrih katanya. Dan aku hanya bisa mengangguk.

Tiba saatnya aku untuk pamit, dan sekali lagi aku dipeluknya, aku hampir saja menangis bila tidak melepaskan pelukannya, seolah aku bisa mersakan kasih tulus darinya, dan katanya “salam untuk istri dan anak-anak, besok-besok aku yang yang datang kerumah”. Betapa rendah hatinya, aku jauh lebih muda darinya, dan dia ‘guruku’, mau datang kerumahku.

Sebentar lagi Lebaran, dan bagiku Lebaran ini sangatlah indah, damai, dan mungkin lebih indah dan lebih damai dari sebelumnya. Terima kasih ya Tuhan.

Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H

Rabu, 02 September 2009

AKU

Aku ini sering bingung memikirkan aku
Aku ini maunya banyak
Aku ini maunya menang
Aku ini maunya dipuja

Lalu siapa aku ini
Kalau aku mati, kemanakah aku
Akankah aku ikut mati
Atau aku akan hidup lagi
Dengan bungkus lain

Dari mana aku ini
Apakah ada sejak aku lahir
Ataukah baru mulai dibuat setelahnya
Dan dilukis sesudahnya

Tuhan, bimbing aku untuk berdamai dengan aku
Untuk bisa bersanding dengan aku
Untuk bisa sejalan dengan aku
Di jalanMu

Kamis, 13 Agustus 2009

BULAN BAIK

Kalau bulan ini penuh berkah, lalu bulan yang lainnya apa?
Apa berbuat baik itu harus nunggu bulan yan tepat?
Lalu apa yang kita perbuat di sebelas bulan yang lain?
Tidak lelahkah engkau menunggu sebelas bulan untuk kebaikan?

Aku mau kapan saja
Aku mau setiap saat
Aku mau setiap waktu
Berbakti untuk kelahiranku
Berbakti untuk Dia yang menciptakanku.

Senin, 10 Agustus 2009

15 MENIT YANG MENYEJUKAN

Pagi yang indah sekali, biasanya MP3lah yang menemani aku jalan/lari pagi, namun tadi pagi, aku ditemani istriku. Sudah sangat lama kami tidak berolah raga bersama, kami jarang sekali bisa bicara berdua dengan waktu yang berkualitas, bangun pagi dia sudah menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan anak-anak bersama asisten. Namun tadi pagi dia bersedia jalan pagi bersama, kami bangun 15 menit lebih pagi dari biasanya. Setelah membangunkan anak kami agar bisa mandi dan bersiap-siap, kami berkeliling komplek. Dalam 15 menit itu banyak sekali yang kami bicarakan, impian-impian masa depan keluarga, bisnis keluarga, anak-anak dan remeh –temeh lainnya. Dan efeknya luar biasa, sampai sekarang jam 08.45am, aku merasa mendapat energy tambahan yang luar biasa, yang pasti aku merasa makin mencintainya, hatikupun terasa sangat damai, benar-benar 15 menit yang menyejukan dan kami harus lebih sering melakukannya

Terima kasih Tuhan, Kau kirimkan dia tuk menemaniku.
Semarang, 11 Agustus 09.

Minggu, 09 Agustus 2009

MELAWAN DENGAN RESTORAN


Aku selalu percaya bahwa Dia memberikan sesuatu tepat pada waktunya. Kemarin secara tidak sengaja aku menemukan buku kecil warna coklat di rak diskon 30% di Gramedia, “Melawan dengan Restoran” karya Sobron Aidit & Budi Kurniawan, aku tertarik. Awalnya aku tertarik karena sejarah adalah hal yang sangat menarik bagiku, Sobron adalah adik dari tokoh Aidit yang konon adalah ‘pemberontak’ di Indonesia. Dan aku tak perduli, mau dia pemberontak atau apapun, aku percaya bahwa sesorang siapapun dia pasti selalu punya sisi lain yang tak pernah diketahui oleh orang lain.

Setalah aku baca beberapa halaman ternyata buku itu menjadi sangat menarik. Diceritakan bagaimana dalam pelarian Sobron dan kawan-kawan berjuang untuk hidup, sampai akhirnya diputuskan untuk membuka restoran masakan dengan modal kemauan dan kayakinan, tanpa uang! Berbagai kesulitan toh akhirnya bisa terselesaikan karena ketulusan dari mereka yang seperjuangan. Dari mulai larangan yang dikeluarkan oleh kedubes RI bagi orang kita untuk makan di restoran itu, aneh! Ya memang kebencian itu selalu mengakibatkan tindakan yang aneh dan tidak masuk akal! Dan akhirnya setelah pak Harto berhenti menjadi presiden, semua larangan itu berubah menjadi sebuah persahabatan yang manis di restoran Indonesia di tengan negeri Prancis itu.

Buku yang indah, penuh inspirasi dan sederhana. Aku sendiri kebetulan akan ‘segera’ membuka usaha mie ayam Jakarta meras sangat beruntung mendapatkan buku indah itu. Terima kasih pak Sobron! Perjuangan yang luar biasa, Semoga semangat kebersamaan & keasabaran itu bisa terjadi di warung kami. Amin.

Semarang, 10 Agustus 09.

Senin, 06 Juli 2009

Aku & Kamu

Kemarin aku mulai tahu namamu dan kenal kamu
Lalu aku mulai sedikit tahu makanan kesukaanmu
Lalu aku mulai tahu tentang film kesukaanmu
Dan akupun mulai tahu ukuran kaos dan sepatumu

Kemudian aku mulai tahu sedikit tentang hati dan perasaanmu
Lalu aku mulai ingin membahagiakamu
Lalu aku mulai takut kehilangamu
Dan akupun mulai pacaran dengamu

Semenjak itu kamu selalu melekat di hatiku
Lalu aku mulai merasakan sakit gara-gara kamu
Lau aku juga merasa marah gara-gara kamu
Dan aku mulai ingin memilikimu

Dan hari ini kasih, kita menjadi satu
Tuhan, siapapun yang akan Kau panggil dulu
Biarkan kami selalu bersatu, karena itu kehendakMu

Buat Anik & mas Catur, Selamat! Panjenengan berdua pasti dan harus berbahagia beserta keturunanmu nanti karena itulah kodrat manusia, untuk selalu berbahagia.

Semarang, 28 Juni 2009.
Dari Hendry yang berhalangan hadir.

Senin, 13 April 2009

Puber

Harusnya aku tak menyapanya saat itu. Ya, memang saat itu waktu berlalu begitu cepat dan aku merasa apa yang kulakukan adalah diluar kendali wajarku, aku memang gugup namun ada sesuatu yang memaksa semua itu untuk terjadi. Saat itu kami berpapasan di sebuah mall, aku baru saja beli buah dan dia berjalan dari arah pintu masuk. Jantungku berdegup keras sekali saat aku melihatnya berjalan ke arahku dan aku berharap diapun merasakan hal yang sama. Aku menyapanya dan kami berdua berhenti dan berbicara sebentar di tengah keramaian mall. Dan akhirnya kami memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah café di mall tersebut.
“Kau tidak bersama suami dan anakmu?”
“Kamu juga sendiri, keluargamu mana?”
“Anak-anak dirumah dan istriku masih di kantor rapat bareng bosnya”
Kemudian suasana menjadi hening, dikepalaku suara ramai di mall menjadi seperti film bisu, hanya orang-orang yang lalu lalang, dan dia terus menunduk sambil sesekali menengadahkan wajahnya untuk melihatku sekejap dan terus berpaling kea rah yang lain. Dan akhirnya pandangan kita bertaut untuk beberapa saat. Oh uhan dia sangat cantik sekali, lalu bayangan wajah istriku melewati pandanganku berusaha mengalahkan wanita didepanku. Ingin sekali aku kalah dan tetap memikirkan istriku yang memang sangat aku cintai, sampai sekarangpun aku merasa sebagai laki-laki yang beruntung memiliki istri cantik dengan karir yang baik dan anak-anak yang lucu serta baik, aku merasa memiliki keluarga yang bahagia lahir batin. Lalu bayangan istrikupun menghilang dan kembali aku melihat wajahnya yang cantik juga. Aku jatuh cinta lagi.
Kami berdua bercerita tentang keluarga kami masing-masing, dia bercerita tentang suaminya yang karirnya juga sedang melesat, hampir setiap minggu mereka selalu bisa meluangkan waktu untuk pergi ke luar kota bersama, dan dia juga seperti aku merasa sebagai wanita yang beruntung memiliki suami yang baik lahir dan batin serta anak-anak yang baik.
Lalu kami sepakat untuk makan malam bersama lagi minggu depan.
Sepanjang minggu aku tak bisa melepaskan diri dari bayangannya. Bangun tidur, bekerja, bahkan saat bersama istrikupun. Aku merasa terganggu namun akupun juga merasa bahagia. Dan aku tidak ingin kehilangan istriku, aku tak pernah ingin mengecewakan istriku, aku mencintainya.
Dan hari dimana makan malam itu harus terjadi lagi tiba. Pulang kantor aku langsung ke café di lereng bukit yang tenang dan tersembunyi, dan ternyata dia sudah disana dengan sebuah buku novel kelihatannya. Disamping tangan kanannya secangkir kopi yang masih berasap.
“Hai, sudah nunggu dari tadi?”
“Nggak, baru habis baca dua halaman”
“Kau suka baca buku ya?”
“Ya, aku banyak menghabiskan waktuku untuk baca buku selain bekerja dan mengurus keluarga, kamu sendiri?”
“Aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk menonton DVD, aku lebih memilih untuk melihat dan mendengar dari pada membaca”
“kalau kau suka membaca, kau pasti akan lebih hebat dari padi kau sekarang” katanya
Dan kami mnghabiskan waktu dengan membicarakan buku-buku yang dia baca dan film-film yang aku tonton. Dan aku merasa sangat terhibur, hatiku bergejolak, adrenalin atau apakah itu namanya terasa memompa aliran darahku. Aku sangat bersemangat dan aku merasa sangat hidup. Dan aku tambah merasa sangat bersalah terhadap istri dan anak-anaku.
Semenjak itu aku hidup diantara dua wanita, istriku dan dia. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar jatuh cinta kepadanya, yang jelas aku merasa lebih siap kehilangan dia ketimbang istriku, dari situ aku bisa menilai bahwa cintaku kepada istriku lebih besar dibandingkan dengan rasa ‘sukaku’ kepadanya. Aku bersyukur karena aku masih sangat mencintai istriku. Dan ‘dia’ adalah hiburan bagiku, namun hiburan itu sudah kurasa mengganggu. Perasaan itu sudah hampir sama dengan perasaan saat aku masih mendekati istriku dulu, saat aku belum mengatakan cinta pada istriku dulu. Ya Tuhan, tolong aku, aku takut jatuh cinta lagi. Aku takut tak sanggup menguasai nafsu itu. Aku tetap ingin menjadi suami dari istriku. Namun aku juga ingin beberapa saat bersamanya. Tuhan bantu aku untuk bisa melupakannya, dan dia terlalu kuat dan cantik untuk dilupakan.
Suatu malam saat ritual makan malam bersama lagi.
“Sudah 3 bulan kita melakukan makan malam bersama setiap dua minggu sekali, aku merasa ada yang tidak benar mulai tumbuh di hatiku, bahkan sebenarnya perasaan itu sudah ada jauh sebelum kita melakukan ritual makan malam bersama ini”
“Apa maksudmu dengan perasaan yang tidak benar”
Setelah tiga bulan kita menjalani ritual makan mala mini, cara dan nada bicara antara kita sudah berbeda, aku merasa bahwa kita sangat dekat. Kadang aku ingin sekali menciumnya, namun hal itu tak pernah aku lakukan. Aku menghormatinya dan selain itu aku juga sangat menghormati istriku. Jadi selama itu pula kami hanya makan bersama, bercerita, tertawa tidak lebih dari itu. Selebihnya aku pendam dalam-dalam di hatiku. Aku tidak tahu dengan bagaimana perasaanya, apakah dia juga punya perasaan sama dengan perasaanku. Aku tidak tahu.
“Aku semakin menyukaimu”
“Lalu apa salahnya kalau kita saling menyukai, aku senang kau menjadi teman dekatku”
“itu masalahnya, aku bukan hanya mau menjadi temanmu, aku mulai ingin lebih, aku mulai mencintaimu, maaf kalau aku lancang”
Wajah cantik itu terlihat kaget, dia diam dan matanya berair dan butiran itu mulai menetes, mengalir melewati pipinya yang bersih, dan dia diam. Aku diam, aku bingung.
“Mungkin sebaiknya dulu aku tidak perlu berhenti untuk menggantikan ban mobilmu, dan mungkin adalah suatu kesalahan ketika kita saling bertukar nomor handphone”
“Dan kau anggap juga suatu kesalahan ketika aku mengiyakan untuk makan malam kita yang pertama?”
Wajah lembut itu mulai mengeras, matanya memerah terlihat kecewa.
“Mungkin” jawabku singkat. Aku sudah bertekad dalam hati untuk mengakhiri semua ini. Aku harus kembli sepenuhnya untuk istriku. Aku terlalu mencitai istriku. Biarpun aku juga merasa kalau aku mulai mencintai dia.
Kami berdua diam, saling menunduk. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan, dalam pikiranku aku berpikir bahwa aku adalah seorang laki-laki pengecut yang telah mengambil hati istri laki-laki lain. Tidak seharusnya aku seperti itu. Aku seharusnya menghormati dia. Dia sama sekali tidak dicampakan oleh suaminya, dia dicintai dan dihormati oleh suaminya. Hatiku sakit sekali. Lalu bayangan istriku kembali melewati mataku. Aku harus menghendtikan ritual makan mala mini, aku telah mendustai istriku dan suaminya.
“Ini adalah makan malam kita yang terakhir, kalaupun suatu saat nanti kita ditakdirkan untuk bertemu kembali, maka pertemuan itu adalah antara aku dan istriku bersama kau dan suamimu”
Wajah tegangnya sudah mulai berubah, dia sedikit lebih tenang dan mulai bisa menguasai diri. Itu terbaca dari gerakan tubuhnya.
“Sampaikan salamku untuk suamimu bila kau mau, dan akan kuceritakan makan malam terakhir ini kepada istriku agar dia tahu bahwa semua sudah kembali seperti dulu”
Dan kami berpisah malam itu, aku tersenyum mengantar kepergiannya. Dan aku merasa ada bagian dari diriku yang pergi atau hilang. Agak sakit namun aku percaya waktu yang akan menyembuhkan. Lalu nanti akan kuceritakan kepada istriku bahwa aku baru saja makan malam dengan seorang klien yang cantik dan hebat, dan aku bayangkan istriku bertanya dan beri komentar “dia pasti jatuh hati pada suamiku yang hebat ini” . Narsis yah..?? ya begitulah cara kami berdua saling memuji, dan begitulah cara kami untuk saling percaya. Tuhan, terima kasih atas kesadaran awal yang terjadi, dan terima kasih atas Kau berikan aku pasangan yang bisa selalu membuatku sadar. Terima kasih.

Senin, 16 Maret 2009

Dare to dream BIG!

Lagi-lagi Dena menyadarkanku. Dena, gadis kecil berumur 6th kelas 1 SD yang dulu sangat bangga dapat ranking 30 alias kedua dari belakang, sekarang mencapai renking 23 dari 32 anak di kelasnya, dan dengan mata yang cerah, yakin dan bersemangat serta mengharap berkata "pak, setelah ini aku akan ranking 17, kemudian 11, kemudian 6 dan akhirnya aku ranking 1!" siapapun ayahnya pasti akan memeluknya dan berkata "kau pasti bisa!"

Dena, dia anak kelas 1 SD yang belum pernah dengar/lihat seminar motivasi, namun telah memukul telak aku, ayahnya, agar lebih berani bermimpi! Thanks Den, and I love U & proud of U!

Kamis, 05 Februari 2009

Ketulusan

Saat ketulusan mulai menggeliat untuk membesar
Kebenaran semu mulai membuat sakit dada
Selama apapun ketulusan pasti akan muncul
Kalau tidak sekarang mungkin di kehidupan berikutnya
Sepercik sinar ketulusan di lautan kegelapan hati itu pasti akan membesar
Kau bisa membuatnya besar hanya dengan melayani, mengabdi dan pasrah

Semarang, 6 Februari 2009, pk. 08.19

Selasa, 27 Januari 2009

Ada kasih dalam keheningan

Beberapa kali aku mendengar tentang keheningan, kasunyatan, diam, namun belum pernah aku mengalami apa yang terjadi tadi pagi bersama Nyoman anaku. Akhir pekan kemarin aku membaca atau lebih tepatnya ‘tenggelam’ di dalam buku karangan Zara Zetira yang judulnya ‘every silence has a story’ (semoga tidak salah eja). Di salah satu bagian dari buku itu diceritakan sebuah fase yang dialami oleh Zaira, yaitu “diam”, tidak berbicara hanya mendengar dan melihat, merasa tapi tidak menanggapi secara visual. Semua ditanggapi dan diolah hanya dengan hati namun tanpa emosi. Dan terus terang setelah selesai membaca buku itu hatiku rasanya berat, entah karena apa. Namun sekali lagi aku ingat apa yang dikatakan sahabatku bahwa jangan takut dengan perasaan seperti itu, syukuri saja bahwa kamu masih bisa merasakan ‘berat’ itu seperti apa?, itu berarti kamu masih hidup dan masih sebagai manusia, yang penting bersyukur kepadaNya.

Tadi pagi seperti biasa setelah Yosie pergi kerja sekalian antar sekolah Luhde dan Dena, aku tinggal dengan Nyoman dan tiduran bareng. Kukatakan padanya bahwa aku akan bekerja nanti jam 7, lalu dia mengangis, aku tidak boleh kerja katanya. Kucoba jelaskan mengapa aku harus bekerja namun dia tetap tidak bisa menerima (Nyoman baru berumur 4 tahun). Sampai akhirnya aku diam, aku hanya pandangi matanya, kuelus rambutnya, bahunya, tangannya. Dia juga terdiam dari tangisnya, lalu minta dibuatkan susu. Setelah minum susu kami berdua tetap diam hanya berpandangan, cukup lama, mungkin 2-3 menit. Lalu kukatakan bahwa aku mau mandi dan bekerja, Nyoman tidak menjawab hanya mengangguk, aku gendong dia dan kududukan di matras depan TV dan kunyalakan cartoon network kesukaannya. Lalu aku mandi.

Di kamar mandi baru aku sadar bahwa aku baru saja melakukan ‘diam’, yang ada hanya rasa sayang, kasih yang kukatakan pada Nyoman dari mataku, dan sepertinya Nyoman merespon juga kasih dari matanya.

Aku jua masih belum mengerti, tapi yang jelas aku merasakan sesuatu yang lain saat kita berdua diam dan hanya saling memandang. Aku bahagia sekali.

Terima kasih Sang Hyang Widhi.

Rabu, 21 Januari 2009

Perubahan Rajawali

Siapapun pasyi tahu bahwa rajawali adalah burung yang sangat hebat, makanya banyak Negara yang menggunakannya sebagai simbol kenegaraan, simbol pasukan. Di lingkungannya rajawali adalah jenis burung yang bisa mencapai umur mirip dengan manusia yaitu sekitar 70 tahunan. Namun ternyata tidak semua rajawali bisa mencapai umur tua tersebut, ada seleksi alam yang sangat berat untuk dilalui.

Di menjelang umur 40 tahunan rajwali mulai mengalami perubahan. Paruh yang biasanya runcing kedepan mulai membengkok kebawah, cakar yang keras dan tajam mulai memanjang dan lembek sehingga sulit mencengkeram mangsanya, bulu-bulu sayapnya mulai semakin panjang dan tebal sehingga dia tidak gesit lagi (kalau orang obesitas he..he..he..). Perubahan tersebut mengakibatkan turunnya kemampuannya untuk berburu. Sebagian dari rajawali tersebut memutuskan untuk menerima keadaan itu dan berakibat pada kelaparan lalu mati. Dan sebagian dari mereka memilih untuk terbang ke atas gunung atau bukit dan membuat sangkar disana. Di sangkar itu mereka memulai sebuah proses yang sangat luar biasa. Pertama mereka mematukan atau lebih tepatnya membenturkan paruhnya pada batu sampai akhirnya bagian yang melengkung itu hilang terkikis dan patah, tinggalah paruhnya yang runcing. Kemudian dia juga hantamkan cakarnya yang panjang dan lembek di bebatuan sampai kemudian memendek dan tumbuhlah cakar yang runcing lagi. Dia juga mencabuti bulu-bulu sayapnya yang menebal dan panjang. Proses itu cukup lama dan membuatnya menderita sampai berdarah-darah. Namun setelah melewati semuanya, rajawali akan terbang dan turun menjadi seekor rajawali yang perkasa dan gesit dan akan hidup selama 30 tahun lagi.

Proses seperti itu sebenarnya sering kita alami, untuk menjadi lebih pandai dan lebih baik kita harus belajar, untuk menjadi lebih hebat kita harus berlatih, untuk menjadi suskes kita harus meninggalkan kenyamanan-kenyamanan terlebih dahulu. Sebagian dari kita memutuskan untuk tidak mencobanya sama sekali dan menerima keadaan. Sebagian dari kita mencoba namun memutuskan untuk mundur, tidak bisa, tidak kuat, tidak ada waktu dan lain-lain. Tapi sebagian dari kita memutuskan untuk melalui proses menjadi baik dan tidak nyaman itu, terus belajar, terus berlatih, berdoa memohon kekuatan kepadaNya dan akhirnya mencapai tujuan atau cita-citanya.

Bagaimana dengan anda? Termasuk rajawali yang manakah anda? Pilihan ada di tangan anda. Tuhan beserta anda.

Sang Hyang Widhi, terima kasih atas segala yang Kau berikan dan akan Kau berikan untuku. Om Canti Canti Canti Om.

Selasa, 20 Januari 2009

Selalu

Saat fajar hangat terasa, aku lupa dengan dingin yang mencekam
Saat langit terang, aku lupa dengan badai dan hujan
Saat senja damai, aku juga lupa dengan kelam dan muram

Saat dingin mencekam, aku selalu ingat Dia
Saat badai dan hujan datang, aku selalu sebut namaNya
Saat kelam dan muram, aku selalu memohon padaNya

Aku ingin selalu ingat Dia
Aku ingin selalu sebut namaNya
Aku ingin selalu memohon padaNya
Saat fajar hangat terasa
Saat langit terang
Dan saat senja damai

Aku ingin selalu rindu kepadaNya

Kamis, 15 Januari 2009

KekasihNya

Dia rupawan, cantik
Dia lembut dan sabar
Dia selalu mendengar
Dia selalu tersenyum
Dia selalu mengajaku tuk bahagia
Dia menyiapkan jalan untuku
Dia memberiku semua

Dia juga memberiku perasaan sedih
Dia beri aku perasaan marah
Dia beri aku hati yang bisa bergejolak
Dia kadang seolah membiarkanku sedih…perih…sakit…
Dia beri juga perasaan bingung
Karena aku manusia kataNya
Agar aku bisa memilih kataNya
Karena manusia-manusia ‘pilihan’pun juga punya pilihan
Karena semua juga punya punya kesempatan untuk menjadi yang terpilih

Rasanya aku sudah lama mengenalNya
Namun aku mengenalNya hanya ketika aku membutuhkanNya
Semakin lama aku hidup aku mulai merasa aneh
Selama ini aku mendapat banyak dariNya
Dan selama ini aku tidak memperhatikanNya

Aku ingin sekali jatuh cinta kepadaNya
Aku ingin sekali selalu merasa dekat denganNya,
Biarpun sebenarnya aku ini ada didalamNya
Aku mau belajar untuk memberikan sesuatu kepadaNya
Seperti kepada seorang kekasih, pemberian sesuatu itu adalah salah satu wujud cinta
Aku ingin tidak berdaya kepadaNya
Karena aku ingin menjadi kekasihNya

Semarang, 16 Januari 2009.
Terima kasih Sang Hyang Widhi atas segala yang telah Kau berikan.