Kamis, 31 Juli 2008

Di Candi Cetho

Ada saat dimana suara tak terdengar

Tapi aku bisa marasakannya

Dan aku bisa menjawabnya

Semakin aku berusaha untuk mendengar dengan kupingku

Semakin terdengar suara itu oleh hatiku

Aku percaya sepenuhnya bahwa suara itu ada untuku

Biarpun tak terdengar oleh kupingku

Tapi terasa oleh hatiku

Dan terjawab juga oleh hatiku

Suara itu seperti orang tua

Mengayomi anaknya yang bimbang

Suara tak terdengar itu meruntuhkanku

Dan mengalirkan air mataku

Air mata itu melegakan hatiku

Membuat nyaman aku

Meluaskan aku dan aku menambah kepercayaanku kepadaNya

Terima kasih Sang Hyang Widhi

Atas semua yang kurasakan

Candi Cetho, 30 agustus 2008

Senin, 14 Juli 2008

Koin dan ciuman

“Another great morning!” pagi ini anaku luhde masih yang paling pagi bangunnya, jam 4! Dan langsung nonton MTV. Dia baru kelas 3 SD tapi nontonnya sudah MTV. Aku, bapaknya nonton MTV baru setelah kerja di hotel atau sekitar umur 21th. Itu adalah salah satu perbedaan antara aku dan anaku, dan akibatnya adalah kita sering nggak klop dalam menyikapi suatu masalah dan kita harus mencari jalan keluar yang seimbang, dan seperti biasa kita orang tua selalu merasa sok tahu dan sedikit mengkamuflasekan pemaksaan pendapat.

Namun Nyoman pagi ini telah mengajari aku sesuatu, setelah Yosie mengantar Luhde dan Dena. Aku punya kesempatan bermain dengan Nyoman yang masuk sekolahnya lebih siang. Nyoman memintaku untuk memutar uang koin, dan seperti biasa aku tidak mau melakukannya cuma-cuma, aku minta dibayar dengan ciuman mesranya. Mmuah….dan aku putar koinnya lalu koin itu diinjaknya, dan mmuah….bapak sudah tak cium sekarang putar koinnya untuk aku, aku melihat mata cerianya…ayo bapak, khan aku sudah cium bapak, sekarang putar koinnya untuk aku. Dan…..seperti biasa aku langsung peluk dia dan aku putarkan koinnya, dan terus berulang sampai tiga kali.

Apa pelajaran dari Nyoman untuku pagi itu? Nyoman sudah berani membayar untuk sesuatu kesenangan yang dia inginkan, dan dia sangat yakin bahwa setelah dia bayar dia pasti akan mendapatkannya. Nah dalam hidupku sering sekali aku ingingnya bayar sesedikit mungkin untuk sesuatu yang sebanyak mungkin. Lewat barter ciuman dengan putaran koin Nyoman sudah membeli pelajaran bahwa untuk sesuatu yang lebih ya kita harus bayar lebih. Dan satu lagi, saat Nyoman menciumku dia menciumku dengan semangat dan aku bisa merasakan ketulusannya, karena dia baru berumur 4th dan belum mengenal banyak intrik, dia masih polos.

Kalau Nyoman yang berumur 4th bisa semangat untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, bagaimana dengan kita yang lebih tua dan lebih tahu banyak tentang hal-hal yang baik dan menyenangkan dalam hidup ini. Let’s be positive & light up your fire!

Aku bangga dengan anak2ku

Hari pertama ke sekolah!!! Hari yang sangat luar biasa, Luhde bangun tanpa dibangunkan dan bahkan dia yang bangunin kita semua. Aku terbangun dan melirik jam didinding kamar..baru jam 05.15 pagi…males banget, tapi hati ini berontak melihat semangat Luhde dan Dena yang sudah mulai teriak-teriak diruang tamu mempersiapkan hari sekolah pertamanya. Sekarang Luhde kelas 3 SD, Dena kelas 1 SD dan Nyoman TK kecil (kalau Nyoman yang ngomong dia selalu mengekspresikan kecil dengan menyatukan jempol dan telunjuknya dan mimic rupa meyakinkan bahwa itu benar-benar kecil he..he..he…lucu sekali) dan dia masih tidur.

Luhde semangat itu hal yang biasa, tapi Dena semangat itu hal yang luar biasa. Mengapa? Karena waktu taman kanak-kanak dulu dia paling males banget sekolah dan belajar, tapi sekarang bahkan saat liburan dia sudah belajar membaca dan katanya dia sudah nggak sabar pengen segera masuk SD!!! Thanks God!!!

Setelah sarapan nasi telor sayur terik dan kering tempe, kita berangkat. Dena dan Luhde bonceng belakang. Sampai di SD Don Bosco, Dena terlihat kucel banget rambutnya, menurutku dia seharusnya dikuncir satu atau dua ke belakang biar rapi, Luhde langsung ceria bareng temanya dan Dena…she is taft!!! Tanpa malu dia berjalan kedalam sekolah, memang aku gandeng, tapi terlihat tidak ada rasa ragu sedikitpun! Setelah masuk kelas Dena dapat duduk di barisan nomor dua, karena dia memang maunya duduk depan!!! Nah..ini yang membuat aku banga, anak-anaku semuanya pengen duduk didepan nggak kayak bapaknya dulu maunya duduk belakang terus, tapi sekarang bapaknya sudah berubah, maunya depan terus juga, khan “leading by example!”.

Sang Hyang Widhi..terima kasih atas diberikannya anak-anak yang luar biasa, yang pemberani dan mau belajar. Ada kabar dari Yosie, katanya Nyoman juga berani, nggak nangis saat ditinggal…Om Canti Canti Canti Om.