Rabu, 03 Desember 2008

Curug Lawe & Benowo yang alami




Rabu, 3 desember kemarin pagi-pagi jam 05.45 aku sudah mengayuh sepeda ke meeting poin yaitu depan toko Alfamart di karangrejo, sebelum perempatan terminal Banyumanik. Sepeda aku taruh di penitipan sepeda dan kami ber-4 meluncur ke ungaran untuk cari parkir buat mobil Nicko. Setelah itu kami berempat meluncur ke Gunung Pati, desa Kalisidi, perkebunan cengkeh Zansibar. Dari situlah perjalanan akan dimulai.

Sepeda motor diparkir di pos satpam gerbang perkebunan, sebenarnya bisa lebih hemat waktu bila diparkir di guest house yang lebih diatas, tapi karena ban motor Didik kempes dan ganti ban di desa terdekat, maka diputuskan untuk parkir di gerbang satpam saja.

Etape pertama adalah jalan makadam dan sedikit aspal sampai di guest house, terus menanjak sampai di guest house. Jarak tempuhnya kira-kira setengah jam. Disana ada rumah pegawai dimana kita bisa pesan makan siang yang kita nikmati setelah pulang dari curug nanti siang, ada mie rebus, goreng, ayam bakar, ikan asin, sayur asem dll. Dan kalau pas musin durian kita bisa pesan durian montong!

Etape kedua adalah perjalanan ke curug Lawe, sekarang oleh penduduk setempat sudah dibuatkan jalan setapak yang lebih nyaman/aman. Kalau dulu kita harus turun agak sedikit curam dan kemudian menyusuri saluran air dan sebelaha kirinya adalah jurang yang sangat curam namun asri, sekarang jalan setapak langsung ke arah sendang Pengantin kemudian turun ke arah bendungan. Nah dari bendungan ke arah curug ini yang luar biasa melewati pinggiran sungai dan sekarang sudah dibuat beberapa jembatan dari batang pohon dan ada juga yang terbuat dari bambu. Setelah berjalan kira-kira 10 menit dari bendungan aka nada persimpangan, kalau kekiri ke curug Lawe, ke kanan ke curug Benowo. Sangat indah! Sangat alami! Mungkin karena jarang dilewati manusia/pengunjung jadi hampir tidak ada sampah, luar biasa. Sampai di curug lawe seperti biasa ritual mandi pasti kita lakukan, suegernya minta ampun!

Etape ke tiga adalah perjalanan dari curug Lawe ke curug Benowo, kita harus kembali ke pertigaan pertemuan dua aliran kali/sungai kecil dan langsung naik lagi ke curug Benowo. Perjalanan ke curug Benowo lebih menantang. beberapa pohon tumbang menghalangi jalan setapak sehingga kita harus membungkuk atau melompat melewatinya. Kemudian jembatannya masih sedikit sehingga kita harus nyebur ke kali, melompati batu, mendaki batu sampai akhirnya kita sampai di curug Benowo yang berasa di cekungan tebing sehingga sinar matahari sulit masuk kecuali saat tepat pukul 12 siang, lewat dari itu hanya sinar temaram dan angin dari hempasan air terjun yang

Etape ke empat dalah perjalanan pulang. Seperti biasa perjalanan pulang selalu paling melelahkan, namun di rute curug Benowo dan Lawe ini bisa menjadi lain bila sebelumnya kita pesan ayam bakar, sambel dan lalapan di guest house. Tapi saying kita belum pengalaman jadi kita nggak pesen dan akhirnya seperti biasa kita makan menu andalan pencinta alam yaitu mie rebus instan campur telur dan cabe plus the panas ha…ha…ha…bagi kami apapun makanannya yang penting jalan-jalan…ha….ha…ha….

Total perjalanan (jalan kaki) adalah 5 jam.

Thanks to Nicko, Didik, Aji & Heri for this great trekking, for sure we’ll have another great journey!

Minggu, 30 November 2008

DENA & OPTIMISME

Anaku yang nomor dua ini memang luar biasa, menurutku suatu saat dia akan menjadi seseorang yang punya ketahanan mental yang sangat luar biasa dan sukses. Dia sekarang masih kelas satu, dan seperti dulu pernah aku ceritakan bahwa saat dikeluarkan resume nilai kelas dia ada di posisi ranking 30 dari 31 anak dan tidak sedikitpun dia bersedih akan pencapaiannya, bersama kami berdua dia terus menjaga impiannya untuk menjadi ranking 1 di kelas. Dua bulan kemudian rankingnya naik menjadi 29, kemudian sebulan yang lalu naik lagi menjadi ranking 27. Dan baru saja aku telpon dia menanyakan bagaimana tadi saat mengerjakan soal ulangan. Dia bilang bisa! Dan katanya moga-moga aku bisa ranking 1 ya pak. Tentu saja aku mendukung sepenuhnya cita-cita itu. Pasti Den, pasti kamu bisa, terus belajar dan bahagia maka apa yang kau inginkan pasti menjadi kenyataan.

Terus terang, aku baru saja belajar dari Dena bahwa apapun kondisi kita saat ini, kita harus tetap menjaga impian-impian yang kita punyai, seperti Dena yang terus menjaga impiannya untuk menjadi nomor 1 di kelasnya.

I love U Den!

Kamis, 13 November 2008

Pak, tinggallah dirumah untuku, hari ini saja…..

Kamis kemarin adalah hari yang menurutku sangat berarti bagiku, dan aku percaya bahwa kamis kemarin adalah hari yang penuh kenangan untuknya.

Sama sekali aku tidak merencanakan untuk libur, seperti biasa ritual pagi yang “kemrungsung” atau gedebak-gedebuk, bagi anda yang punya anak dua atau lebih dan masih kecil-kecil pasti tahu yang saya maksud. Dan setelah Yosie berangkat bareng Luhde dan Dena tinggalah aku menemani Nyoman yang hari itu sakit, lemas dan nggak mau makan. Dia terus memeluku, dan aku bilang ke dia bahwa aku hanya bisa menemaninya sampai jam 07.00 karena harus berangkat kerja, dan dia tidak bereaksi. Kira-kira jam 06.45 Nyoman bilang, “Bapak nggak usah kerja, temani Nyoman saja”. Nyoman ngomong seperti itu saat masih dalam pelukanku ditempat tidur, dan dia bicara tepat dimukaku, lembut sekali, dan seperti biasa aku menjawab bahwa bapak harus kerja..bla…bla…bla…dan bukan Nyoman bila dia menyerah, lima menit kemudian dia meminta hal yang sama lagi. Ada suara di hati kecilku “ambilah cuti”, aku langsung SMS atasanku.

Aku beruntung memiliki atasan seorang wanita dari Swedia yang sangat pengertian, kamis 13 November 08 aku menemani Nyoman dirumah, nyuapin dia, bermain, menggambar, nonton TV, membacakan dia buku cerita sampai aku ngantuk dan tertidur, ketika bangun Dia nggak ada alias pindah ke kamar mbak yang mengasuhnya. Aku bisa melihat bintang bersinar dimatanya, dia bahagia.

Terima kasih Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat yang Kau berikan melalui anak-anaku.

Selasa, 28 Oktober 2008

Buka koleksi lama anda

Gara-gara bau kotoran tikus yang menyengat di kamar, aku akhirnya membongkar laci lemari yang kira-kira sudah 5 tahun tidak pernah aku buka. Oleh Rati ‘asisten’ di rumah laci itu dikeluarkan dan isinya disebar di teras untuk dibersihkan. Ternyata isinya adalah koleksi CD dan VCD yang lama, dan aku menemukan VCD yang luar biasa, yang kalau aku melihatnya sekarang di konter penjual VCD aku pasti beli lagi karena menurutku koleksiku itu sudah hilang! Koleksi itu antara lain konser grup rock METALICA bareng San Fransisco orchestra, kemudian DEEP PURPLE bareng Phil harmonic orchestra! Ini luar biasa! Begitu aku putar, suaranya menggelegar dan membangkitkan impian-impian lama yang terkubur dan terlupakan, semangatku berkobar, ubun-ubunku panas, hatiku bergetar. Aku baru sempat melihat yang Metalica, disitu seolah-olah aku ikut melihat dan ikut menganggukan kepalaku ‘head banging!’ mulai whenever I may roam, one, enter the sandman dan lagu-lagu lain yang menggetarkan. Kalau anda sekolah SMA di tahun 90an anda pasti masih ingat betapa hebatnya pengaruh riuhnya Metalica saat itu. Tapi terus terang aku lebih suka yang versi orchestra. Aku jadi teringat impian-impian naïf seorang anak SMA yang sedang mencari jati dirinya, atpi terus terang impian-impian itu membuatku semangat dan bergelora.

Yang Deep Purple aku belum sempat melihatnya lagi, memang sebenarnya grup itu adalah lebih tepatnya heboh saat papi mamiku masih pacaran. Tapi bagiku orang-orang tua itu biarpun lebih santun dibanding Metalica, tapi tetap saja ‘ngerock’ dan fisik tua rapuh tidak tampak sedikitpun di wajah dan tubuhnya, yang terpancar adalah semangat yang luar biasa saat menyanyi dan bermain musik. Yang mana bisa membuat dirinya sendiri bersemangat, bergetar dan akhirnya menular pada mereka yang menonton. Aku jadi kangen dengan gaya jeans model cowboy dipadukan baju lengan panjang putih/hitam polos, dikeluarkan dan digulung lengannya. It’s so cool.

Makanya, bila anda merasa kurang bersemangat atau tidak bersemangat dengan hidup anda sekarang, coba buka koleksi CD, VCD atau kaset anda. Cari grup musik yang anda suka, cari yang LIVE!! Dan saran saya cari yang beatnya cepat, and it’s ROCK! Kalau anda nggak suka rock, ya….cari jalan agar anda suka karena ROCK NEVER DIE!! LET’S ROCK OUR LIVE! And REACH YOUR DREAM!

Minggu, 19 Oktober 2008

Apakah kita berkembang? Dan perlukah kita?

Dulu ketika saya masih sekolah dan kuliah keinginan terbesarku adalah cepat-cepat menyelesaikannya dan bekerja sehingga aku tidak perlu untuk belajar lagi. Dalam bayanganku dulu adalah ketika seseorang itu bekerja dia tidak perlu susah-susah lagi untuk belajar, dan akhirnya kuliahku tidak selesai karena keinginanku untuk tidak belajar lebih besar, dan satu lagi aku sudah bekerja dengan karir yang nggak jelek juga.

Sekarang, aku masih bekerja dan anaku sudah 3, Luhde kelas 3, Dena kelas 1 dan Nyoman TK kecil. Aku masih tidak begitu menyukai pendidikan formal, tapi sekarang aku suka sekali belajar, aku suka sekali membaca. Salah seorang atasanku pernah memintaku untuk kuliah lagi, dan aku memutuskan bahwa cara belajarku adalah tidak melalui bangku kuliah, aku memilih dengan cara membaca buku dan berdiskusi dengan orang yang ahli dalam bidang yang aku ingin ketahui.

Lalu timbul pertanyaan, apakah aku berkembang? Aku bisa jawab, ya! Ukurannya apa? Yang jelas caraku memandang masa depan berbeda dengan dulu, apa lagi? Cara mendidik anaku, membina hubungan dengan pasanganku, cara bekerjaku, caraku menghadapi dan menyelesaikan masalah berbeda dan berkembang dari tahun ke tahun. Biasanya setiap pergantian tahun dan saat berulang tahun aku suka melakukan kilas balik terhadap hidupku. Apa saja yang sudah aku capai, Apa saja yang belum aku capai dan apa saja yang sedang dalam progress. Begitu caraku menilai perkembanganku, kemudian aku membuat goal-goal baru, karena aku yakin bahwa hanya dengan memiliki goal yang jelas seseorang bisa berkembang.

Kemudian ada pertanyaan, apakah kita perlu berkembang? Sebelumnya harusnya pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita ingin anak-anak kita berkembang? Atau apakah kita ingin staff-staff kita berkembang? Atau yang lebih umum apakah kita ingin orang-orang disekitar kita berkembang? Bila jawabannya ya, maka kita perlu sekali untuk berkembang. Karena cara yang paling mudah untuk membuat mereka yang disekitar kita berkembang adalah dengan membuat orang-orang tersebut melihat dengan jelas perkembangan kita, seperti kata pepatah “cara mendidik/memimpin paling mudah adalah dengan memberikan contoh”/Leading by example.

Insprirasi tulisan ini adalah istriku yang telah banyak memperlihatkan perkembangannya sehingga aku mau berkembang.

Senin, 13 Oktober 2008

Crtl – Z


Kita semua yang pakai komputer pasti sudah paham dengan istilah Crtl – Z yang artinya kita bisa kembali ke langkah sebelumnya bila kita membuat kesalahan. Aku Cuma membayangkan andai saja itu bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sering sekali kita salah bicara, dan setelah omongan itu keluar dari mulut kita, baru kita menyadai bahwa kalimat tersebut tidak seharusnya keluar karena mungkin itu menyakiti orang yang kita ajak bicara, atau saat kita bernegosiasi omongan itu bisa merugikan kita. Atau mungkin kita bisa memiliki kemampuan seperti salah seorang karakter dalam serial Heroes yang nisa menghentikan waktu dalam sekejap dan memperbaikinya sehingga kejadian saat itu akibat buruknya tidak terlalu besar. Mungkin suatu saat bisa terjadi. Tapi yang saat ini mungkin terjadi adalah bagaimana kita bisa mengontrol apa yang akan keluar dari diri kita, baik itu berupa perkataan ataupun perbuatan, dan ini perlu usaha dan latihan. Beberapa usaha yang kita bisa lakukan antara lain adalah dengan belajar lebih banyak, seperti baca buku, belajar dari orang yang lebih baik, seminar tentang kepribadian, motivasi, dan yang penting lagi adalah mempraktekan apa yang sudah kita perlajari, jangan hanya meng”amini” apa yang kita pelajari. Jadi, mari kita berlatih untuk berpikir tentang apa akibat dari perkataan atau perbuatan kita sebelum meng”enter” keyboard dalam diri kita, sehingga yang keluar adalah hal yang kita inginkan untuk keluar, bukan asal “njeplak”, dan sekali lagi bahwa bila kita memasukan hal-hal yang positive terhadap diri kita melalui pembelajaran, pasti yang keluar dari diri kita juga hal yang positive, karena tubuh ini seperti sebuah komputer.

Selasa, 07 Oktober 2008

Kerendahan hati

Dulu, bagiku mencium punggung tangan itu adalah sesuatu yang aneh. Padahal ketiga adiku melakukan hal itu kepada papi mami di rumah. Saat aku melihat para santri mencium tangan gurunya akupun merasa aneh, dan aku rasa mereka tidak perlu sampai seperti itu. Akup, saat itu sudah merasa menjadi orang yang rendah hati, dan teman-temankupun memujiku bahwa aku orang yang bisa merendahkan hati kepada siapapun biarpun aku tidak mencium tangan siapapun. Ternyata, aku terlena dengan pujian itu, dan mulai sombong dengan mengukuhkan diri sebagai orang yang rendah hati. Tanpa sadar, ternyata dengan mengukuhkan diri sebagai apapun itu berarti kita sudah ‘meninggikan’ hati kita.

Tapi Sang Hyang widhi memang selalu sayang pada umatNya. Dimulai dari beberapa bulan sebelum Lebaran kemarin, aku mengaalami situasi-situasi yang membuat aku berpikir dan introspeksi, dan disitu aku mulai sadar bahwa aku masih tinggi hati, menganggap bahwa diriku sudah benar, sudah baik, sudah tidak sombong, sudah rendah hati, sudah lebih pinter dari yang lain, lebih baik dari lain dan sudah-sudah yang lainnya. Dan di situlah titik balik dimana aku memutuskan untuk mulai mencium tangan kedua orang tuaku. Untuk neneku kebetulan sudah kucium tangannya dari dulu. Lalu berlanjut dengan mencium tangan tanteku, omku, budeku, pakdeku di saat Lebaran kemarin, dan inginnya aku bisa mencium tangan kakak iparku, tapi sayang dia tidak bisa ikut berkumpul saat Lebaran. Tuhan aku sudah berusaha merendahkan hatiku, tapi tetap saja aku tidak bisa ‘mengikhlaskan’ kerendahan hatiku terhadap semua orang yang seharusnya aku tuakan, masih ada beberapa om dan tanteku yang aku ‘tidak’ cium tangannya karena aku menganggap bahwa mereka belum perlu aku perlakukan begitu. Tapi aku berjanji, dan aku akan berusaha untuk mencium tangannya saat bertemu nanti, karena aku mau menaruh rasa hormatku kepada mereka, karena bagaimanapun, mereka sudah belajar lebih banyak tentang hidup dibandingkan aku, karena mereka sudah hidup lebih lama dari pada aku. Dan dengan mencium tangan orang-orang yang aku tuakan, aku merasa dapat berlatih untuk selalu merendahkan hatiku.

Selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin untuk semua saudara dan temanku.

Kamis, 18 September 2008

MAMA! AKU DAPAT RANKING!

Aku dan istriku saling memandang dan tersenyum melihat betapa Dena anak kami yang keduanya ‘kegirangan’ karena dia mendapatkan ranking 30 dari 33 anak di kelasnya saat ulangan pertengahan semester kemarin. Lucu ya?! Harusnya kami sedih dan ngomelin dia. Tapi bagi kami yang penting adalah dukungan, dan kami ikut ‘berbahagia’ bersamanya. Dena baru saja masuk kelas 1 SD, dan katanya “Mam, akhirnya aku dapat ranking”. She doesn’t care! Apakah ranking 30 itu jelek! Yang penting dapat ranking! Dari TK dulu aku nggak pernah dapat ranking! Katanya.
Photobucket
Lalu dia bercerita kalau ada temannya yang punya nilai 100 sebanyak 6 mata pelajaran, dan aku bertanya, “Dena pengen nggak punya nilai 100?” “ya pengen dong pak” jawabnya..oh..God..I’m so glad to hear that. Aku sangat bahagia karena anaku yang sangat ‘bahagia’ dengan ranking 30nya ternyata memiliki gol untuk mendapatkan nilai 100 yang banyak. Dan aku dan istriku kembali saling memandang dan tersenyum.

Kami mendukungmu Dena! And we are so proud of you! Kami juga percaya bahwa kamu bisa! Kamu bisa dapat nilai 100 yang banyak seperti kawanmu, bahkan kamu bisa lebih baik bila kamu mau!

“Anaku butuh dukungan dan penghargaan, dan aku akan berikan kepadanya”

Rabu, 10 September 2008

SEKOLAH BINATANG


Semakin aku kagum terhadap Sinyo, semakin banyak inspirasi yang aku dapatkan dari dia. Salah satunya adalah tentang ‘sekolah binatang’ yang dia ceritakan dan dia bilang juga bahwa cerita ini dia dapat dari sebuah buku yang pernah dia baca.

Diceritakan bahwa suatu saat di sebuah pulau yang banyak hutannya dan kaya alamnya hiduplah seorang maha guru yang mempunyai 4 murid antara lain Elang, kijang, macan dan tupai. Setiap hari maha guru itu mendidik dan mengasah kepandaian serta ketrampilan anak didiknya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki.

Elang menjadi sangat percaya diri dengan keahliannya, dia pandai sekali terbang dan bermanufer di angkasa dan punya mata yang sanggup melihat dimana posisi mangsa dan musuhnya. Dan dia terus berlatih mempertajam kemampuan terbang dan cengkeramannya.

Kijang menjadi semakin cepat dalam berlari dan tambah lincah. Dan dia juga terus berlatih berlari melompat, belok dengan kecepatan tinggi dan lainnya.

Macan juga semakin ahli dalam berlari dan bermanufer untuk mernerkam musuhnya dan ketajaman matanyapun tambah terasah.

Dan tupai menjadi binatang yang paling ahli dalam hal meloncat, sehingga dengan mudahnya dia mendapatkan makanan yang paling disukainya yang terletak di pohon-pohon yang tinggi.

Dan di sisa waktunya sang Maha Guru mengajarkan tentang keahlian binatang-binatang lain sehingga paling tidak mereka tahu kahliah binatang lainnya.

Sampai suatu saat datanglah utusan dari raja penguasa pulau dan membawa mandat bahwa mulai sekarang semua sekolah di seluruh pulau harus mengajarkan hal dengan cara yang seragam, dan raja menginginkan bahwa rakyatnya harus bisa dalam segala hal.
Maha guru tersebuat tidak bisa berkata apapun selain mengangguk dan melaksanakan perintah itu. Dan mulai saat itu dia sering memaksa macan untuk melompat dari dahan yang tinggi ke dahan yang tinggi lainnya sehingga macan sering terjatuh, dan sering meminta elang untuk berlari seperti kijang, dan sering meminta kijang untuk berlatih terbang, dan menyuruh tupai untuk mengaum.

Hari berganti minggu, berganti bulan berganti tahun dan waktu terus mangalir. Tak terasa akhirnya tiba saat dimana mereka harus meninggalkan sekolah untuk mengarungi kehidupan yang sebenarnya. Dan apa yang terjadi dan ditakutkan oleh Maha guru benar-benar terjadi :

Elang sekarang sudah bukan jagoan terbang lagi karena dia lebih sering berlatih berlari ketimbang terbang, sayapnya tidak mempunyai kekuatan yang sebenarnya.Dan biarpun dia sudah sering berlatih berlari namun keahlian berlarinya juga biasa-biasa saja.
Kijangpun sudah tidak bisa berlari kencang, karena tulang kakinya sering patah, jatuh saat berlatih terbang, sehingga sekarang dia bukan pernerbang dan bukan pula pelari unggul.
Macan juga sekarang cacat karena sring jatuh saat berlatih seperti tupai hinggap di dahan yang kecil dan tidak kuat menahan berat badannya yang besar , hingga sekarang dia hanya bisa makan dari pemberian macan yang lain karena dia tidak sanggup berburu.
Dan Tupai, dia lebih sering berteriak-teriak menakut-nakuti temannya padahal teriakannya sama sekali tidak menakutkan bahkan lucu, dank arena sudah jarang meloncat dia sering jatuh saat meloncat dari pohon ke pohon.

Moralnya apa? Kata Sinyo, pendidikan formal disekolahan hamper mirip dengan apa yang diperintahkan oleh raja penguasa pulau itu. Murid yang tidak suka matematika sering dipaksa oleh guru dan orang tuanya untuk belajar matemateka mati-matian sampai si orang tua dan guru itu melupakan kehebatan anak itu dalam hal melukis sehingga akhirnya anak tersebut tertekan dan ikut melupakan keahlian melukisnya.

It’s not easy. Ya memang benar tidak mudah, karena saya sebagai orang tua punya keinginan agar anaknya menjadi juara kelas, hebat dan lain sebagainya. Hanya saja kita perlu berpikir lagi, siapa yang nantinya akan mengarungi kehidupan ini, karena toh kita akan mati dan anak kitalah yang akan hidup sebagai generasi berikutnya. Impian kita belum tentu sama dengan impian anak kita.

Selasa, 09 September 2008

SINYO “SI HATI KUAT”

Aku punya sepupu yang sekarang ini hanya bisa tidur dan duduk saja, sudah tidak bisa melihat tapi masih bisa membedakan lampu di kamarnya padam atau menyala. Pinggang kebawah lumpuh namun dia masih terus menerapi kakinya dan masih punya keyakinan bahwa suatu saat dia pasti bisa berjalan lagi. Dulu sebelum penyakit itu menyerangnya dia adalah orang yang sangat sehat, aktif dan nakalnya minta ampun. Orang tuanya sampai ‘kakuati’ (istilah jawa yang artinya jengkel yang berlebihan). Aku yakin awalnya pasti dia stress berat memikirkan keadaannya, tapi sekarang perbedaan yang dia buat adalah luar biasa, kami sering diskusi tentang keluarga, tentang kebenaran, tentang novel, dan menurutku suatu saat dia pasti bisa menjadi orang yang menginspirasi banyak orang karena ketahanan mental yang dimilikinya sekarang ini.

Tadi malam sebelum aku pamit pulang kita sempat diskusi tentang ‘menulis’. Katanya ada beberapa cara orang menulis :

1. Orang menulis dari apa yang dia baca.
2. Orang menulis dari apa yang dia lihat.
3. Orang menulis dari apa yang dia dengar.
4. Orang menulis dari apa yang dia rasa.
5. Orang menulis dari apa yang dia impikan/inginkan.
6. Dan penulis yang hebat adalah penulis yang bisa menggunakan semua sumber yang disebutkan tadi.

Oh….Tuhan…terima kasih atas semua limpahan berkatmu, aku bengong….mendengarkan semua yang dia omongkan…omongan dari seseorang yang sangat masih muda, mungkin 30 tahun, yang sekarang cacat, tapi masih punya semangat yang sangat tinggi, dan yang penting adalah hatinya yang terus berkembang, bertambah kuat! Sinyo! Aku bangga sekali sama kamu! Menurutku sekarang kamu jauh lebih berkualitas.

Minggu, 07 September 2008

SEPATU PAKAI TALI


Banyak hal kecil dalam hidup aku lalui begitu saja, begitu juga terhadap permintaan Luhde untuk punya sepatu yang pakai tali, aku sering abaikan. Dalam pikiranku untuk anak seusia dia sepatu pakai tali adalah bikin riber, nggak praktis, dan bisa jadi salah satu penyebab dia telat masuk sekolah. Sampai akhirnya dia dapat bea siswa dari pabrik tempat aku kerja dan dia minta sebagian dari uangnya dibelikan sepatu. Karena itu uangnya, ya aku harus menyetujuinya.

Minggu siang kemarin kita jalan berdua beli sepatu, dan setelah masuk beberapa toko di Java mall, dia menjatuhkan pilihan sepatu tennis putih yang menurutku keren juga. Yang aku ingin share disini adalah wajahnya saat dia mencoba sepatu, saat dia berjalan mencobanya dan berlari ditempat untuk memastikan bahwa sepatu itu nyaman untuk dia. Sulit dilukiskan mungkin seperti pagi hari yang hangat dan matahari sangat terang, ada nyayian burung, suara ombak dan music Bob Marley. Bahagia!

Dan ternyata menalikan simpul tali sepatu juga bukan hal yang mudah untuk anak kita, aku mengajarinya di toko dan sampai dirumahpun dia memintaku lagi untuk mengajarinya, kita ngobrol dan cerita ngalor ngidul, katanya “bapak, dengan memakai sepatu ini aku merasa sudah seperti kelas satu SMP saja” sambil senyam senyum padahal sekarang ini dia baru kelas 3 SD. Oh…God..thank you for the great kids I have!... satu lagi sepatu yang pakai tali menurutku bisa untuk melatih anak kita menjadi orang yang lebih sabar, lebih telaten.

Semoga anak-anaku menjadi orang yang berguna.

Rabu, 03 September 2008

LUH DE & THE BODYGUARD


Luh De saat beristirahat setelah capek berenang di pantai Marina. Tetap tenang dan enjoy dengan pengawalan bapaknya sekaligus bodyguardnya.

I love my kids.

Senin, 01 September 2008

PERRBEDAAN??? MARI KITA LUPAKAN SEMENTARA…..


Berita di koran Kompas pagi ini tentang badai Gustav di pantai teluk Amerika serikat sangat menginspirasi, bahwa pemimpin yang yang baik adalah pemimpin yang sanggup menomor duakan kepentingan pribadi atau golongannya demi kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Disitu disebutkan George Bush yang berasal dari partai Republik memutuskan untuk tidak menghadiri konvesi yang pasti sangat penting sekali dalam rangka meng’golkan’ temannya separtai John McCain untuk bisa menjadi presiden Amerika berikutnya dan meneruskan tongkat kepemimpinannya. Dan istrinya Laura Bush mengatakan “Saya tahu semua orang kecewa karena program utama konvensi batal dilaksanakan. Tapi, saya yakin, pembatalan itu bisa dimengerti karena semua pihak kini tengah memikirkan apa yang terjadi di Pantai Teluk,"

Secara pribadi saya lebih suka Obama, tapi kali ini saya angkat topi untuk George Bush dengan keputusan yang diambilnya. Dia sudah menunjukan bahwa dia adalah seorang pemimpin besar. Dan lebih hebat lagi George Bush, John McCain (Republik) dan Obama (Demokrat) untuk sementara melupakan apa yang namanya ‘persaingan’ dan bersama-sama focus ke permasalahan yang sedang dihadapi oleh negaranya.

Semoga para pemimpin dari banyak partai dinegara kita ini juga bisa saling bahu membahu untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh Negara tercinta ini. Dan aku punya keyakinan akan hal itu. Semoga.

B2W DAY DI SEMARANG

Jumat, 29 Agustus kemarin seru banget, ambil cuti sehari dan ngumpul trus pawai keliling kota bareng teman-teman b2w dan club sepeda lain semarang. Memang rasanya enak banget saat orang lain bekerja dan disaat yang sama kita bisa melakukan kesenangan kita.

One day…I’ll have my freedom...I’ll be able to do anything…anytime…at anywhere…

Ayo bersepeda dan Selamat ulang tahun yang ke-3 b2w!


Photobucket

Photobucket
Photobucket


Links:

http://b2wsemarang.multiply.com/photos/album/2/Kampanye_B2w_Semarang_diliput_TVKU#8

http://b2wsemarang.multiply.com/photos/album/48/BIKE_2_WORK_DAY_DI_SEMARANG#9

http://b2wsemarang.multiply.com/photos/album/48/BIKE_2_WORK_DAY_DI_SEMARANG#48

http://kotasemarang.multiply.com/photos/album/8/BIKE_TO_WORK_DAY_SEMARANG#23

Rabu, 27 Agustus 2008

Beautiful day


It was a beautiful day
Don’t let it get away
Beautiful day

Kutipan diatas adalah lirik dari lagu U2 yang judulnya beautiful day. Ya, memang beberapa minggu terakhir lagu itu menjadi lagu favoritku, saat jogging, saat b2w, atau saat apapun dimana aku punya kesempatan untuk dengerin lagu. Aku merasa saat denger lagu itu, aku menjadi sangat bersyukur atas hari-hari yang akan kulalui ataupun sudah kulalui. Will I have beautiful day today??? It’s up to you!!! Anda yang pilih! Anda mau jadikan hari ini hari yang terbaik untuk anda atau mungkin sebaliknya? Sekali lagi pilihan itu ada di tangan anda.

Aku belajar melakukan hal-hal yang simple tapi bisa membuatku bahagia, seperti mengatakan “simpan saja kembaliannya pak” kepada penjaga POM bensin, tersenyum pada orang disebelah kita di lampu merah, menyapa tukang ojek diujung gang dekat rumah, mengacungkan jempol tangan saat di klakson oleh sopir angkot, beliin staff di kantor cookies, dan banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan. Aku nggak ngerti teori bagaimana agar bisa bahagia, tapi yang kurasakan adalah ketika aku melakukan hal-hal yang simple tadi aku merasa sangat berbahagia, aku merasa….menjadi happiest person on earth…and I hope that all people as happy as I am.

Intinya, untuk bahagia, menurutku kita harus berikan kebahagiaan terlebih dulu buat orang lain so…let’s make people happy, how? It’s up to you guys! Because it’s a beautifull day…don’t let it get away……beautiful day…and kebahagiaan itu akan kembali untuk kita..dengan segala kelimpahannya.

Selasa, 19 Agustus 2008

Galungan, 20 Agustus 2008

Di Bali hari ini pasti libur, kami keturunan Bali yang di Semarang tentu saja masuk. Rasa kangen sedikit terobati karena kemarin Mami masak jukut nangka dengan babi plus sambal bali dan walhasil makan malam dan makan pagi tadi rasa Bali. SMS dan e-mail dari teman di Bali bikin iri karena mereka ngledekin kita yang nggak libur.

Pagi ini setelah mengantar Nyoman sekolah aku mampir untuk sembahyang di Pura Giri Natha. Mengucap syukur dan membayangkan apa sih makna Galungan untuk kami sekeluarga? Jawabannya adalah “melayani”, ya melayani…tidak seperti biasanya aku bangun pagi sekali, biasanya aku bangun sekitar pk. 5.30, tapi tadi pagi tumben banget aku bangun pk. 04.00, dan akupun lupa kalau hari ini Galungan. Dan langsung nyetel VCD motivasi eh…kadang sesuatu memang datang tepat pada waktunya, pembicara menyatakan bahwa solusi dari semuanya adalah cinta karena dengan cinta kita bisa melayani dengan ikhlas, nah dengan keikhlasan itu maka apa yang sudah kita berikan oleh alam semesta (baca “Tuhan”) akan dikembalikan kepada kita dalam jumlah yang lebih besar. Dan aku langsung bangkit menuju ke dapur untuk memanaskan jukut nangka yang diberi Mami tadi malam untuk Yosie dan anak-anak, serta bakso yang tadi malam belum habis, intinya aku siapkan makan pagi untuk keluargaku.

Rasanya memang nikmat sekali saat kita melayani dengan cinta….Sang Hyang Widhi..terima kasih karena selalu kauberikan aku apapun pada saat aku membutuhkan melalui apapun yang tidak pernah aku pikirkan. Yang aku perlukan hanya berusaha melakukan apapun dengan cinta…

Selamat hari raya Galungan dan Kuningan.

Semarang, 20 Agustus 2008.

Selasa, 05 Agustus 2008

Happiness is only real when shared

‘Happiness is only real when shared’ kalimat itulah yang ditulis oleh Chris McCanless saat dia sekarat menunggu kematian karena kelaparan dan salah makan di sebuah hutan dalam petualangannya. Dia bukan gelandangan biarpun mungkin terlihat seperti gelandangan. Uang yang seharusnya untuk beaya sekolah di Harvard university disumbangkannya ke badan amal dan dia berpetualang!! Gila!! Ya memang gila, tapi cerita itu sangat menginspirasiku. Cuilan cerita itu aku baca dari majalah U-mag edisi 2 atau 3 bulan yang lalu. Lalu cerita tentang petualangan 2 bintang film Ian Mcgregor kalau nggak salah dan yang satunya aku lupa, berkeliling dunia dengan mengendarai sepeda motor BMW, dengan didampingi tim yang luar biasa dari mulai ahli survival, off road, kesehatan serta diplomat.

Ketiga orang itu sama gilanya, bedanya adalah Chris merelakan uangnya begitu saja sehingga saat berkelana dia miskin secara material, namun Ian dan temannya menggunakan uangnya yang berlimpah untuk kegilaannya. Mereka sama-sama mencari kepuasan.

Aku sendiri baru melakukan yang kecil-kecil seperti bersepeda dari desa ke desa di daerah semarang atas dan kadang ke timur. Juga mendaki gunung ungaran yang dekat karena Cuma 1 jam perjalanan dari rumah. Tapi intinya sama mencari kepuasan, mengisi kembali batin yang kososng karena sumpek dengan rutinitas kota. Aku beruntung istri dan ketiga anaku memperbolehkan aku untuk memuaskan keinginanku untuk bersepeda, mendaki dan lainnya. Dari matanya mereka bahagia saat memberiku ijin untuk berpergian. Ya, ‘Happiness is only real when shared’ itu memang benar, apapun yang anda bagikan baik itu bentuknya uang, ijin, kerelaan, makanan, waktu, mau mendengar dan lainnya itu rasanya sangat melegakan hati. Atau sekedar pergi ke desa dan berbicara dengan petani di ladang sambil minum dan beristirahat bersama, itupun sangat melegakan hati. Jadi, kebahagiaan itu ada dimanapun saat kita mau berbagi.

Kamis, 31 Juli 2008

Di Candi Cetho

Ada saat dimana suara tak terdengar

Tapi aku bisa marasakannya

Dan aku bisa menjawabnya

Semakin aku berusaha untuk mendengar dengan kupingku

Semakin terdengar suara itu oleh hatiku

Aku percaya sepenuhnya bahwa suara itu ada untuku

Biarpun tak terdengar oleh kupingku

Tapi terasa oleh hatiku

Dan terjawab juga oleh hatiku

Suara itu seperti orang tua

Mengayomi anaknya yang bimbang

Suara tak terdengar itu meruntuhkanku

Dan mengalirkan air mataku

Air mata itu melegakan hatiku

Membuat nyaman aku

Meluaskan aku dan aku menambah kepercayaanku kepadaNya

Terima kasih Sang Hyang Widhi

Atas semua yang kurasakan

Candi Cetho, 30 agustus 2008

Senin, 14 Juli 2008

Koin dan ciuman

“Another great morning!” pagi ini anaku luhde masih yang paling pagi bangunnya, jam 4! Dan langsung nonton MTV. Dia baru kelas 3 SD tapi nontonnya sudah MTV. Aku, bapaknya nonton MTV baru setelah kerja di hotel atau sekitar umur 21th. Itu adalah salah satu perbedaan antara aku dan anaku, dan akibatnya adalah kita sering nggak klop dalam menyikapi suatu masalah dan kita harus mencari jalan keluar yang seimbang, dan seperti biasa kita orang tua selalu merasa sok tahu dan sedikit mengkamuflasekan pemaksaan pendapat.

Namun Nyoman pagi ini telah mengajari aku sesuatu, setelah Yosie mengantar Luhde dan Dena. Aku punya kesempatan bermain dengan Nyoman yang masuk sekolahnya lebih siang. Nyoman memintaku untuk memutar uang koin, dan seperti biasa aku tidak mau melakukannya cuma-cuma, aku minta dibayar dengan ciuman mesranya. Mmuah….dan aku putar koinnya lalu koin itu diinjaknya, dan mmuah….bapak sudah tak cium sekarang putar koinnya untuk aku, aku melihat mata cerianya…ayo bapak, khan aku sudah cium bapak, sekarang putar koinnya untuk aku. Dan…..seperti biasa aku langsung peluk dia dan aku putarkan koinnya, dan terus berulang sampai tiga kali.

Apa pelajaran dari Nyoman untuku pagi itu? Nyoman sudah berani membayar untuk sesuatu kesenangan yang dia inginkan, dan dia sangat yakin bahwa setelah dia bayar dia pasti akan mendapatkannya. Nah dalam hidupku sering sekali aku ingingnya bayar sesedikit mungkin untuk sesuatu yang sebanyak mungkin. Lewat barter ciuman dengan putaran koin Nyoman sudah membeli pelajaran bahwa untuk sesuatu yang lebih ya kita harus bayar lebih. Dan satu lagi, saat Nyoman menciumku dia menciumku dengan semangat dan aku bisa merasakan ketulusannya, karena dia baru berumur 4th dan belum mengenal banyak intrik, dia masih polos.

Kalau Nyoman yang berumur 4th bisa semangat untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, bagaimana dengan kita yang lebih tua dan lebih tahu banyak tentang hal-hal yang baik dan menyenangkan dalam hidup ini. Let’s be positive & light up your fire!

Aku bangga dengan anak2ku

Hari pertama ke sekolah!!! Hari yang sangat luar biasa, Luhde bangun tanpa dibangunkan dan bahkan dia yang bangunin kita semua. Aku terbangun dan melirik jam didinding kamar..baru jam 05.15 pagi…males banget, tapi hati ini berontak melihat semangat Luhde dan Dena yang sudah mulai teriak-teriak diruang tamu mempersiapkan hari sekolah pertamanya. Sekarang Luhde kelas 3 SD, Dena kelas 1 SD dan Nyoman TK kecil (kalau Nyoman yang ngomong dia selalu mengekspresikan kecil dengan menyatukan jempol dan telunjuknya dan mimic rupa meyakinkan bahwa itu benar-benar kecil he..he..he…lucu sekali) dan dia masih tidur.

Luhde semangat itu hal yang biasa, tapi Dena semangat itu hal yang luar biasa. Mengapa? Karena waktu taman kanak-kanak dulu dia paling males banget sekolah dan belajar, tapi sekarang bahkan saat liburan dia sudah belajar membaca dan katanya dia sudah nggak sabar pengen segera masuk SD!!! Thanks God!!!

Setelah sarapan nasi telor sayur terik dan kering tempe, kita berangkat. Dena dan Luhde bonceng belakang. Sampai di SD Don Bosco, Dena terlihat kucel banget rambutnya, menurutku dia seharusnya dikuncir satu atau dua ke belakang biar rapi, Luhde langsung ceria bareng temanya dan Dena…she is taft!!! Tanpa malu dia berjalan kedalam sekolah, memang aku gandeng, tapi terlihat tidak ada rasa ragu sedikitpun! Setelah masuk kelas Dena dapat duduk di barisan nomor dua, karena dia memang maunya duduk depan!!! Nah..ini yang membuat aku banga, anak-anaku semuanya pengen duduk didepan nggak kayak bapaknya dulu maunya duduk belakang terus, tapi sekarang bapaknya sudah berubah, maunya depan terus juga, khan “leading by example!”.

Sang Hyang Widhi..terima kasih atas diberikannya anak-anak yang luar biasa, yang pemberani dan mau belajar. Ada kabar dari Yosie, katanya Nyoman juga berani, nggak nangis saat ditinggal…Om Canti Canti Canti Om.

Minggu, 22 Juni 2008

Tumpek Landep

Sabtu malam kemarin kita sekeluarga bersembahyang bersama di Pura Giri Natha, Semarang. Darma wacana yang dibawakan oleh Bp. Agung Darmaja selalu menjadikan bagian yang kami (aku & yosie) nantikan.

Ada hal baru yang sangat menarik, yaitu tentang makna dari hari Tumpek Landep. Pengertian kami yang kami dapat dari penjelasan saudara dan kawan selama ini adalah hari dimana kami mensucikan, dalam artian membersihkan barang-barang yang terbuat dari besi. Kalau jaman dulu benda tersebut adalah berupa benda/senjata tajam seperti pedang, keris, tombak dll. Dan kemudian berkembang ke mobil, sepeda, sepeda bermotor dll. Di dalam hati kami selama ini ritual yang kami lakukan adalah membersihkan sepeda motor, mobil dan sepeda, dan kemarinpun kami lupa. Kemudian menempatkan sesaji di kendaraan tersebut sebagai perlambang terima kasih atas segala sesuatu yang terjadi atasa bantuan dari kendaraan tersebut. Namun pak Agung menambahkan satu hal yang sangat ‘kena’ di hati kami. Bahwa menajamkan senjata dan membersihkan kendaraan saja tidak cukup!! Tapi kita juga harus menajamkan dan membersihkan hati kita!! Dengan bersembahyang, dengan selalu ‘eling’ saat dan sebelum mengendarai kendaraan. Saat sebelum berkendara kita berdoa atau mungkin saat berkendara kita menyenandungkan mantram Gayatri.

Sekali lagi kami disadarkan, bahwa hati kita perlu dijaga, perlu ditajamkan, perlu dilatih, perlu disirami dan perlu…banyak hal yang menjadikannya lebih baik.

Terima kasih Sang Hyang Widhi….

Sabtu, 21 Juni 2008

Black out di jatingaleh

Pengalaman yang semoga tidak terulang lagi. Setelah makan bareng teman-teman dan pak Wargo di paparons pizza, jam 20.00 aku langsung gowes pulang lewat tanjakan siranda, sultan agung dan naik ke jatingaleh. Nafas ngos2an banget dan aku tetap mencoba untuk gowes pelan dan berirama. Sebelum tanjakan gombel aku putuskan beritirahat dan beli air mineral. Saat mengeluarkan uang dari dompet dengan nafas masih tersengal tiba-tiba kepala mulai berputar dan perut mual rasanya pengen mutah dan pening. Aku langsung duduk di trotoar, mengatur nafas tapi gagal, kepala tambah pening dan perut tambah mual tapi nggak bisa mutah, akhirnya aku ‘ndlosor’ meluruskan kaki di aspal dan bersandar di trotoar, sampai akhirnya ‘gelap!” gawat ini. Tapi luar biasa berkat Sang Hyang Widhi, dalam keadaan black out aku masih bisa ingat bahwa aku besok minggu harus jadi tour leader buat kawan-kawan b2w ke rute kalikayen (mungkin pikiran itu yang membuat aku tidak bablas pingsan) Akhirnya seorang laki-laki gondrong (namanya mas Supri) menawarkan teh manis panas kepadaku. Setelah minum teh manis panas kondisi berangsur pulih, dan setelah setengah jam istirahat aku lanjutkan pulang melewati tanjakan gombel dan akhirnya sampai dirumah dengan selamat.

Pelajaran buat aku :

1. Jangan memaksa berlebihan (istirahat bila capek).

2. Jangan pernah lupakan air (agar tidak dehidrasi).

3. Segera buat gelang (digrafir nama dan telpon rumah), siapa tahu diperlukan saat kita pingsan.

4. Pinter-pinter ngatur irama saat nanjak, dan lebih sering latihan, seperti kata pepatah “semua bisa karena sering”

Dan aku yakin bahwa setelah ini secara fisik aku pasti naik kelas, semoga. Besok minggu kita coba jalur kalikayen bareng teman-teman.

Rabu, 11 Juni 2008

B2W YANG PERTAMA

Biasanya aku bangun pagi jam 5 trus gowes bareng anak-anak atau sendirian, tapi tadi pagi kesiangan, bangunnya jam 6 dan parahnya tetep pengen naik sepeda. “Mengapa nggak B2W saja? Pikiran itu melintas begitu saja dikepala. Tapi khan jauh, kira-kira 25km kalau plus baliknya ya 50km. Tapi….ah masa bodo, aku langsung nelpon pak wargo yang udah biasa b2w mengenai waktu tempuh, dan dikonfirmasi bahwa waktu tempuh untuk jarak segitu kira-kira maximal 1,5 jam. Ya udah langsung aku ngomong ke permaisuri dan ganti pakaian, gowes dah ke kantor.

Ternyata setelah gowes, hilang semua perasaan ragu, yang ada seneng, berangkat kerja kayak mau berangkat touring saja. Jalurnya sukun banyumanik - turun gombel – sultan agung – turun S. parman – pamularsih –jrakah trus “bonus” terakhir nanjak yang bikin ngos-ngosan yaitu tambak aji, sampai dah di PT. ScanCom tempat aku kerja. Total waktu tempuh adalah 1 jam 15 menit.

Sekarang pulangnya. Langit mendung di daerah timur, dan luar biasanya kaos dan celana yang tadi pagi ken kringet lupa aku jemur langsung aku masukan tas dan sekarang harus aku pakai lagi!!! ampyuuunnn deh..baunya, but show must go on!!

Jalur pulang selepas kalibanteng, pamularsih dan hujan!!! berteduh kira-kira 2 jam sambil makan dan ngeteh di warteg, akhirnya nggak tahan setelah lihat bapak tua pake sepeda jengki nekat hujan-hujanan, malu!!!! yang muda kok 'ngiyup' (jawanya berteduh). lanjut gowesnya ke arah sampangan naik papandayan (yang 1/4 terakhir TTB) bablas terus sampai deicegat om Suryo (b2w semarang) trus genjot sultan agung, gombel dan akhirnya sampai di rumah.

Pengennya, seminggu sekali b2w, enak, seger dan…pokoknya enak. Pegel nggak?? Ya jelas pegel, tapi enak dan sehat!!!

Terima kasih buat pak Wargo dan teman-teman b2w chapter semarang atas inspirasinya.

Minggu, 25 Mei 2008

Masalah = Emasnya Allah

Kemarin hari minggu seorang sahabat dari Jakarta mengatakan kepada kami bahwa saat kita menemui masalah, seharusnya yang kita lakukan adalah bersyukur. Kalimat itu bagi kami sudah sering sekali kami dengar, kami sering praktekan dan juga sering kami lupakan, hanya saja sahabat kami kemarin mengatakan bahwa salah satu dari kepanjangan kata masalah adalah ‘emasnya Allah’, menarik! Seperti sekolah katanya, saat kita SD kita sering menggerutu saat mencongak, tambah-tambahan dan perkalian terasa susahnya minta ampun, namu saat kita lulus dan duduk dibangku kuliah atau mungkin sekarang kita sudah sama sekali tidak merasakan sulitnya tambah-tambahan dan perkalian. Artinya? Dulu kita tidak menyadari bahwa kita bakalan mendapatkan ‘emasnya’ pertambahan dan perkalian, baru sekarang kita menyadari bahwa kita memerlukan ‘masalah pertambahan dan perkalian’ itu untuk menjadi seseorang seperti kita sekarang ini, nggak bisa dibayangkan bagaimana kalau dulu kita dari masalah itu dan sampai sekarang kita tidak bisa pertambahan dan perkalian (jangan dibayangkan nanti stress he..he..he..)

Setelah sahabat kami selesai menjelaskan tentang emas Allah tersebut aku mulai berpikir, apakah aku berani merubah doaku, dari ‘jauhkanlah aku dari segala masalah’ menjadi berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi segala masalah agar aku menjadi lebih baik karena untuk menjadi lebih baik kita harus diasah, diasah dengan masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari. Dan aku memutuskan bahwa aku aku berani, karena aku mau menjadi manusia yang lebih baik setiap hari dan menyiapkan diri untuk belajar menghadapi masalah yang akan datang.

' Kebahagiaan di dalam Diri ! '

Ketenangan, kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian yang selama ini Anda dambakan, tidak dapat diperoleh dari luar. Anda harus meniti jalan ke dalam diri.

Dikutip dari “Seni Memberdaya Diri 1 Meditasi & Neo Zen Reiki hal 61”

Jumat, 09 Mei 2008

Wayan dari seberang (Bag. 8)

BEDUGUL “DÉJÀ VU”

Wayan.

Baru jam sebelas pagi, suasana Bedugul sungguh membuatku merasa damai hingga aku memutuskan untuk tinggal beberapa malam disini, Dan ini adalah hari ke empat. Tempat yang paling aku sukai adalah restoran terapung dipinggir danau dan aku sangat menyukai susu coklat panas yang mereka buatkan untuku setiap aku duduk di meja paling pinggir yang membuatku tinggal menjulurkan kepalaku untuk melihat air danau di bawah. Hari berlalu dan kuhabiskan waktuku untuk bergaul dan berbicara dengan masyarakat sekitar, mulai dari tukang sapu, juru parker, pramusaji restoran, penjaga dan pemilik artshop, pokoknya siapapun mereka yang aku temui dan berkesempatan untuk berbicara, aku akan berbicara. Hal-hal yang aku tanyakan adalah tentang optimism mereka terhadap perkembangan pariwisata yang lamban akhir-akhir ini. Dari mereka, ada yang positif, ada pula yang negative, semua aku terima, dan aku tidak pernah menyalahkan pendapat mereka. Dari hasil wawancara hari ini biasanya aku buat untuk tulisan keesokan harinya untuk bahan nulis blogku yang punya judul “Bali masih sehat, dan Bali akan sehat”. Setiap pagi setelah sarapan aku langsung meluncur ke restoran terapung ini dan menulis sampai siang kadang sampai sore disana. Aku jatuh cinta pada Bedugul, pada kabutnya yang tipis disiang hari, pada panas terik yang didinginkan oleh angin serta hujan rintik, dan pada gadis bergaun putih yang sering hadir dalam mimpiku.

Dayu, Steve dan Jenifer

“Dayu, you should get one Balinesse handsome boy to join” kata Jenifer

“Nanti aku pasti dapat” teriak Dayu melawan suara angin dan mesin VW safari terbuka milik Jenifer yang dikendarai Arya.

“Where”

“Nanti di Bedugul.ha..ha..ha..”

“Ok”

Mereka bertiga cukup sering pergi mengunjungi tempat-tempat menarik di Bali saat weekend seperti Bedugul, Batur, Ubud, Besakih. Arya sangat suka sekali fotografi dan Jenifer serta Dayu adalah 2 model tetapnya. Mereka berdua selalu melayani permintaan Arya yang aneh-aneh. Satu-satunya permintaan Arya yang tidak mereka penuhi adalah untuk difoto telanjang bulat. Kata mereka “In your dream Arya!!”

VW safari memasuki parkiran danau Bedugul, dan mereka turun untuk makan siang di restoran terapung favorit mereka. Dan mereka memilih meja favorit yaitu meja paling pinggir dekat danau selisih tiga meja dengan seorang pemuda yang sedang bercinta dengan laptopnya.

Pertemuan di alam lain.

“Dayu, Jenifer, aku ingin sekali melukis speedboat yang sedang meluncur dengan latar belakang parkiran boat di dermaga sebelah sana”

“Ok, nanti setelah makan kita kesana”

Mereka menjulurkan kaki merenggangkan badan dan menarik nafas dalam-dalam seolah-olah sebentar lagi oksigen akan habis didunia ini.

“Oh segar sekali” kata Jenifer.

“Hey Dayu, ngapain kamu terus lihat orang itu?”

“Kelihatannya aku pernah bertemu dengannya Arya”

“He’s handsome Dayu”

“Yes, he is”

“And cool”

“Yes he is”

Lalu pemuda itu menutup laptopnya, memasukan ke dalam backpacknya dan berdiri berjalan kearah mejad Arya, dayu dan Jenifer.

“Oh..my God..he’s coming here Dayu..”kata Jenifer menggoda

“Yes, he is”

Arya tahu bahwa Dayu terpana, diberinya kesempatan Dayu untuk terpana. Karena ini adalah sesuatu yang Dayu hampir tidak pernah perlihatkan pada teman-temannya, Dayu orang yang sangat perhatian dengan sikapnya.

Wayan berjalan melewati Dayu dan hanya melirik sebentar dan matanya bertemu dengan mata Dayu. Jantung Dayu berdegup keras sekali, tangannya meremas-remas tissue makan yang ada dimeja, bibirnya tak sanggup untuk tersenyum lebar, ujungnya hanya bisa dia tarik sedikit. Belum pernah aku lihat laki-laki setenang dia.

Wayan sendiri tidak merasakan apa-apa saat matanya bertatapan dengan Dayu, baru setelah melewati tatapan mata Dayu dia merasa ada sesuatu yang tertinggal, dan dia sendiri bingung apa yang yang sebenarnya yang dia rasakan, dan dia memutuskan untuk memalingkan wajah untuk melihat lagi apa yang baru saja dilihatnya. Dan dua pasang mata itu bertemu lagi. Pikirannya seperti dihentakan oleh sesuatu yang belum pernah dia rasakan, seperti diputar ulang, sebentar terasa gelap lalu terang lagi oleh mimpi-mimpi yang berulang kali didapatkannya. Dayu sendiri tidak sanggup melakukan apapun, kepala dan matanya seperti dikunci oleh para leluhur untuk tetap melihat ke sepasang mata yang setenang mata rajawali. Yang ada dalam pikirannya adalah kedamaian dan kegusaran akan cinta yang sebenarnya.

“Dayu, are you OK? Tanya Jenifer.

Dan telinga Dayu seperti ditutupi oleh nasib yang akan segera mengarahkannya ke babak petualangan yang baru.

Lalu tiba-tiba sekilat cahaya menampar pikiran Arya, dan dia tersadar, lalu dia meneruskan berjalan menuju ke tempat parkir dan menaiki sepedanya.

“Hey Dayu, wake up! Seru Jenifer sambil mengguncangkan lengan Dayu. Dan Arya tetap sibuk dengan kameranya mengambil momen wajah Dayu yang menurutnya sangat polos.

“Dayu, akan kulukis sebuah lukisan luar biasa dengan ekspresi wajahmu yang polos seperti itu” kata Arya sambil tertawa.

“Arya, letakan kameramu, it’s something wrong with Dayu”

“I’m OK Jeni” kata Dayu lemah

“Tidak, kau berdiam seperti patung tanpa ekspresi seperti melihat sesuatu yang menyuruhmu diam, laki-laki itu pasti punya kekuatan aneh sampai bisa membuatmu seperti itu”

“Tidak Jeni, dia seperti sudah lama mencariku”

“Dayu, berhentilah bicara tahayul seperti itu”

“Tidak Jeni, aku belum pernah merasa seperti ini, dan aku merasa ini jalanku”

“Sudahlah, kalaian berdua tidak perlu ribut seperti itu, Dayu, bila dia adalah jalanmu maka Sang Hyang Widhi pasti akan mempertemukanmu”

“OK, ayo kita mulai makan, nasi goreng yang dingin tidak ada enaknya”

Dan merekapun mulai makan, tapi pikiran wajah laki-laki tadi tetap berada dipikirannya, dan dia mulai ingat bahwa dia pernah bertemu dengan laki-laki itu, tapi entah dimana, dia telah bebicara terhadap ratusan orang 2 minggu terakhir ini dan bertemu dengan ribuan orang selama beberapa bulan terakhir ini, dia merasa sangat sulit untuk mengingat dimana dia bertemu dengan laki-laki bermata damai itu.

Diakah gadis dalam mimpiku, pikir Wayan sambil terus mengayuh sepedanya menaiki jalan dari parkir menuju ke jalan raya, kalau betul itu dia, aku harus kembali, aku tidak mau kehilangan dia, tapi bagaimana caranya bicara terhadap dia. Rasa-rasanya dia pasti akan menganggapku gila bila aku menjelaskan kepadanya bahwa aku terus memimpikannya. Tapi bila aku tidak menemuinya sekarang, aku pasti akan kesulitan lagi menemukannya, karena Bali semakin padat, dan jaman sekarang pasti lebih sulit dibanding dulu ketika seorang pangeran bertemu dengan pasangan idamannya di hutan lalu membuat sayembara barang siapa dapat menemukan informasi tentang dimana pasangan idamannya tinggal.Aku harus kembali dan menemuinya! Tapi nanti apa yang harus aku bisarakan ke dia. Ah..persetan dengan apa yang nanti aku bicarakan, aku akan menemuinya, aku tidak mau kehilangan kesempatan in, siapa tahu memang dia gadis dalam mimpiku.

Kaki ini terasa begitu berat untuk dilangkahkan, ketiga orang itu Cuma 10 meter didepanku tapi minta ampun lama sekali waktu ini berjalan, dan berat sekali dadaku ini kubawa. Dua teman dari gadis dalam mimpiku itu mulai tertawa kecil sambil matanya melihat kearahku dan kearah gadis itu. Dan gadis itu Cuma, aku yakin dia pura-pura menundukan wajahnya, kadang dia mengangkat wajahnya dan matanya melirik kearahku. Aku menarik nafas panjang mengumpulkan semua kekuatanku.

“Hai, boleh aku ikut duduk disini?” kataku ke 3 orang itu “Namaku e..e..saya Yanto”

Lalu kami saling berkenalan dan aku mulai tahu bahwa gadis itu bernama Dayu, teman bulenya bernama Jenifer dan teman lelakinya bernama Arya.

“Kamu Yanto yang dulu pernah aku minta tolong untuk membantu saat aku demo di mall di denpasar ya?” Tanya Dayu yang mulai mendapatkan ingatannya.

“Yang kapan ya?” Tanya Yanto bingung dan gugup.

“Yang di mall siang hari kira-kira 3 minggu yang lalu, saya minta kamu untuk ambil bedak, ambil lotion, pegang handuk dan lainnya, masak lupa” rengek Dayu berharap Yanto tidak melupakannya.

“Oh ya..aku ingat, ingat sekarang, itu kamu ya..oh..” kata Yanto manggut-manggut, dan dia mulai mengerti sekarang mengapa waktu itu dia juga merasa pernah melihat gadis ini, ternyata memang ini gadis dalam mimpinya.

“Dari logatmu bicara, kamu dari jawa Yanto?” Tanya Arya

”Ya, aku lahir dan lama di Jawa, ibuku orang jawa ayahku orang Bali”

“Oh, lalu disini tinggal dimana?” Tanya Jenifer berbahasa Indonesia dengan logat bule.

“Aku tinggal di Sanur bersama pamanku”

“Dan sekarang sedang berlibur di Bedugul sendirian?” Tanya Dayu terdengar seperti menginterogasi.

“Ya, aku sedang bersepeda keliling pulau Bali, dan sekarang sedang menikmati Bedugul”

“Kamu sendirian keliling Bali naik sepeda?” seru Dayu agak berteriak karena kaget.

“Ya, memangnya kenapa? Banyak khan orang bule yang melakukan hal itu”

“Ya betul sekali, banyak orang bule yang melakukan dan jarang sekali orang Bali yang mau melakukan, makannya banyak buku tentang Bali yang ditulis orang bule” kata Arya.

Lalu pembicaraan mengalir tentang perjalananku berkeliling Bali, semua aku ceritakan kecuali tentang mimpiku tentang seorang tua dan gadis berambut panjang serta bergaun putih yang wajahnya mirip sekali dengan Dayu.

Dayu adalah gadis yang sangat menarik, saat bertanya matanya menari-nari memperlihatkan kecerdasan dan keingintahuannya yang besar. Sangat mandiri dan cenderung suka memerintah serta selalu ingin pertanyaannya dijawab terlebih dahulu. Kedua temannya terlihat sangat mengerti tentang hal itu, mereka selalu mengalah. Matanya bulat, khas mata orang Bali dan juga wajahnya yang bulat. Rambutnya yang hitam tebal siang itu diikat bandana warna merah bermotif bunga. Kaos putihnya jogger dengan tulisan “Muda behagia, tua kaya raya, mati masuk surga” dan celananya jeans biru tua ¾. Bagiku dia sempurna.

Satu jam tak terasa kami berbicara, dan kami saling menukar nomor handphone. Sang Hyang Widi terima kasih karena telah Kau pertemukan aku dengan gadis yang selalu hadir dalam mimpiku. Sepeda ini sangat ringan sekali rasanya, mungkin karena saking bahagianya hatiku menemukan bagian dari mimpiku. Dan kami berempat sepakat untuk bertemu lagi di Pura Jagat Natha alun-alun Denpasar saat bulan purnama minggu depan. Aku langsung memutuskan untuk pulang ke Sanur dua hari setelah pertemuan itu. Waktuku aku habiskan untuk terus menulis dan menyelesaikan blog ‘Bali masih sehat dan Bali akan sehat’

Rabu, 07 Mei 2008

Sepeda VS Kambing VS BBM yang mau naik!!!

Virus sepeda sudah mulai menjalar di keluarga kami, setelah terakhir beli sepeda yang berakhir dengan kesepakatan sepeda dipakai rame-rame alias gantian sesuai kenutuhan sosial dan jasmani masing-masing. Sampai akhirnya kita punya cukup uang untuk beli lagi sepeda MTB seperti Polygon Premier eh..malah mulai ada kabar BBM mau naik ‘mungkin’ 30-40% dalam waktu dekat. Akhirnya kami putuskan untuk menggunakan uang itu untuk hal yang lain dan tetap pada kondisi semua, pakai sepedanya gentian. Mungkin kita simpan uangnya buat jaga-jaga kalau pengeluaran bulanan nanti meledak sebagai efek dari kenaikan BBM seperti biasanya.

Dari hasil diskusi, ada dua pilihan dalam menggunakan uang itu, pertama ditabung, kedua dibelikan kambing!. Terus terang pilihan kedua ini lebih menarik bagi aku, karena memang sudah sejal setahun yang lalu aku ingin sekali punya kambing. Akhirnya kami berdua putuskan untuk menginvestasikan uang tersebut buat kandang kambing di halaman belakang rumah pak Petruk (tetangga didesa sebelah perumahan), intinya kami bekerja sama, kami uangnya, pak Petruk tempat dan memelihara kambing, dan nanti hasilnya dibagi dua sama rata. Kami semangat sekali dengan investasi baru kami ini, disamping murah, ada hasilnya nanti, kami juga bisa membantu orang lain mendapatkan pendapatan tambahan, dan kalau dibilang resikonya? Ya yang namanya usaha pasti lah ada resikonya.

Pagi tadi, rabu, 7 Mei 2008, jam 06.00 aku genjot sepedaku kerumah pak Petruk yang jaraknya Cuma kurang lebih 1 km, dekat sih, tapi jalan turn naiknya itu yang bikin ngos-ngosan, kalau digambarkan turun sekitar 200m kemudian naik 100m (kemiringan 25 derajat) kemudian belok dan naik lagi 100m (kemiringan 30 derajat) diteruskan dengan jalan naik sampai rumahnya. Aku harus duduk menstabilkan nafas sekitar 1 menit sebelum mengetuk pintu rumahnya yang masih ditutup. Lalu pak Petruk mengajak aku ke halaman belakang rumahnya dan….luar biasa ternyata tanpa menunggu ‘uang kandang’ dari aku dia sudah mulai membuat. Kandang sudah berdiri dengan 4 tiang utamanya yang dibeton, tinggal buat lantai, pagar panggung dan atapnya.

Kami sangat bahagia pagi ini, yang ingin kami sharingkan untuk para biker adalah, coba pikir sekali lagi sebelum meng’upgrade’ sepeda dengan peralatan high end yang mahal, kalau memungkinkan investasikan dulu uangnya, siapa tahu 6 sampai 12 bulan kedepan uang dari hasil investasi itu bisa buat upgrade sepeda dan kita masih punya kambing yang bisa beranak-pinak dan bisa punya pendapatan tambahan. Nggak harus kambing, banyak bisnis lain, terserah apa yang anda senangi. Tapi kalau anda duitnya sisa-sisa ya silakan saja upgrade itu sepeda he..he..he..

Semoga berguna.

Senin, 05 Mei 2008

Jalur Kalikayen (Jalur XC Semarang)

Jalur yang aku impikan. Setelah meluncur ke simpang lima di minggu pagi, minta ampun macetnya simpang lima di minggu pagi. Benar-benar sudah saatnya simpang lima dijadikan kawasan bebas kendaraan bermotor di minggu pagi, paling tidak mulai pagi jam 5 sampai jam 8. Semua kendaraan tumplek blek disitu dari mulai dokar, sepeda, sepeda motor sampai mobil disitu semua berlomba. Dan akhirnya SMS dari mas Eko wanamukti menyelamatkan aku dari semrawutnya simpang lima di minggu pagi, “Kita ke jalur meteseh – kalikayen” langsung saja aku jawab kalau aku mau nyusul dan minta petunjuk arahnya lewat sms.

Aku meluncur dari simpang lima ke arah peterongan, langsung naik ke kedungmundu dan setelah lampu merah ambil jalan aspal melewati perumahan sapta marga. Sampai di pasar meteseh, bila terus ke perum dinar mas, kanan ke sigar bencah, ambil ke arah kiri melewati jalan yang sebelah kanan kirinya mulai terlihat sawah subur. Disini pemandangan sudah mulai hijau dan bagus bagi orang kota yang setiap hari Cuma lihat gedung, mobil dan bus. Setelah melewati jembatan besi kira-kita 50m ambil jalan turun ke kanan kemudian ikuti saja jalan asapal yang sudah rusak banyak lubang. Mulai dari situ kita akan banyak melewati rumah penduduk, dan warung jual nasi dan gorengan yang pisang gorengnya empuk, manis dan besar he..he…uenak tenan. Setelah 2 kilometer dengan trek naik turun yang ringan, kita mulai disambut dengan tanjakan yang extrim dan panjang, kalau nggak kuat ya silakan dituntun saja sepedanya, kalau kuat ya silakan. Sampai nanti kita akan menemui persimpangan yang kalau belok kiri ke Penggaron/Ungaran dan kekanan kita ke arah tembalang. Untuk ke Penggaron aku belum coba (mungkin minggu depan) tapi yang ke kanan sudah. Jarak tempuh dari pasar meteseh sampai banyumanik kira-kira 15 s/d 20 km, sorry sepedaku belum dilengkapi alat pengukur jarak tempuh…

Jalur ini enak sekali buat refresing, kalau beruntung kita bisa melihat beberapa burung elang berterbangan dan aku termasuk salah satu yang beruntung karena dapat melihatnya. Aku tidak tahu jenis apa elang itu, tapi jaman sekarang kita nggak gampang melihat burung elang dilangit bebas. Jadi goweser yang rumahnya banyumanik dan sekitarnya bisa ambil jalur muter terserah mau start dari sigar bencah menurun atau dari perumahan tembalang terus turun ke meteseh dan pulangnya dihajar lagi sama tanjakan sigar bencah, tapi tenang wae, karena kalau kita sudah sering dihajar sama sigar bencah, mau tanjakan apapun pasti lebih enteng. Trus bagi goweser yang rumahnya semarang bagian bawah disarankan untuk naik dari pasar meteseh dan turun lewat jalur sukun kemudian turun gombel.

Minggu depan atau kapan aku sempat aku akan coba jalur banyumanik penggaron lewat persimpangan di kalikayen tadi, trus bablas ke ungaran

“Nyepeda gawe bugar tur nambah konco”

Jumat, 02 Mei 2008

Menanjak itu “enak”

Kamis 1 Mei, janjian bareng om Wargo dan Heri di depan kantor polisi E-plaza simpang lima. Jam 05.45 aku meluncur dari rumah banyumanik semarang atas, ini pertama kali aku bersepeda jauh sejak terakhir aku bersepeda jaman waktu SMP dulu. Meluncur turun dari gombel uenak banget trus naik dikit di PLN jatingaleh sudah turun lagi di sultan agung, naik lagi di akpol udah turun lagi di siranda-pahlawan sampai simpang lima. Nggak capek lho mas!! Ya jelas saja lha wong banyak turunnya.

Sambil nunggu mereka aku mulai ‘mikir’ juga ntar bagaimana pulangnya? Tiba-tiba ada bapak2 tua sekitar 50 tahunan, kulitnya item, pakai sepeda balap nyamperin, “nggak ada orang dik?”

“Nggak ada pak, dari mana pak?” memang kata teman-teman biasanya ditempat aku nungguin mereka banyak biker pada nongkrong kalau pagi, cuman pagi tanggal merah ini emang nggak ada orang.

“Dari ungaran” katanya

Wah, ada juga orang ungaran yang bersepeda sampai simpang lima pikirku, “lha bapak rumahnya ungaran?”

“nggak, rumah saya thamrin (semarang bagian bawah), yuk dik kita ke tengah lapangan” katanya

Mendengar itu aku langsung ciut tapi juga langsung semangat, orang setua itu pagi-pagi udah sampai ungaran dan turun lagi ke simpang lima!!!!

Setelah om Wargo da Heri datang, aku ceritakan orang tua tadi, kata mereka itu biasa, banyak yang melakukan. Wah, jadi tambah semangat nih. Kita bertiga lanjutkan perjalanan dengan genjot ke rumah om Wargi di klipang. Ternyata setelah beberapa kali bersepda didaerah atas yang konturnya naik turun membuat perjalanan di jalan datar menjadi lebih enteng. Setelah mampir di rumah om Wargo dan lihat tikus putih peliharaannya yang banyak dan ‘nggilani’ aku dan Heri pulang, aku lanjut sendiri naik ke tanjakan sigar bencah, dan Heri pulang ke gunung pati lewat kota.

Tanjakan sigar bencah memang luar biasa, setelah sebelumnya dihajar dengan jalan perumahan sekitar yang naik turun bikin kempol (‘paha mas’) mau pecah, aku disambut dengan tanjakan memanjang dengan kemiringan kalau nggak salah 20 derajat depanjang 1 kilometer dan ….ampun om…!!!...aku istirahat dua kali sampai akhirnya di tikungan terakhir yang langsung disambut dengan tanjakan berikutnya denan kemiringan sekitar 30 derajat sepanjang 500 meter, aku putuskan untuk turun dan menuntun sepeda karena penglihatanku sudah berkunang-kunang dan jantung detaknya udah makin kenceng, dari pada KO!. Sampai pertengahan aku istirahat lagi dan kucoba untuk genjot lagi sampai kira-kira 20 meter sebelum akhir tanjakan aku turun lagi dan kudorong sepeda sampai puncak dan terus kugenjot sepeda sampai rumah.

Totalnya berapa kilometer aku juga nggak ngerti, mungkin 15-20 kilometeran. Tapi aku puas, dan aku yakin kalau aku rutin latihan aku pasti bisa naik sigar bencah tanpa turun sadel suatu saat. Minggu depan aku coba lagi!

Kamis, 24 April 2008

SHE IS BACK!!!!

Masih ingatkah Anda saat pacaran dulu? Naik gunung bareng, berpetualang bareng, kemah bareng. Semuanya bareng, bareng pacar, bareng teman dan sahabat-sahabat kita pokoknya seru deh! Saat-saat seperti itu masih kita lakukan saat anak kita baru satu, namun begitu yang kedua lahir dan bahkan disusul dengan yang ketiga rasanya mulai sulit untuk melakukan hal-hal yang sifatnya ‘outdoor’ kaya dulu lagi. Alasannya macam-macam, ada yang nanti buat susunya susah, nanti kalau mandi di sungai anak-anak masuk angin, nanti anak-anak kedinginan, nanti ini..nanti itu…pokonya kita banyak mengkawatirkan tentang anak kita. Mungkin kita terlalu sentimental..sok melindungi anak. Dan istri kita selalu bilang sekarang khan beda, sudah melahirkan 3 anak otomatis tenaganya udah nggak kaya dulu lagi. I must believe her…karena dia istriku dan dia yang merasakan semua itu.

Tiba-tiba, nggak ada angin nggak ada geledek, dia bilang pengen naik gunung!! I was shocked!!! Dan ‘happy’ tentunya. Setelah korek-korek ternyata gara-garanya adalah dia tadi siang baru saja ketemu tamu yang umurnya lebih tua, punya anak dua tapi masih hobi naik gunung, makanya istriku “kebakar” semangatnya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan itu lagi.

Jadi sekarang, sepeda kita buat gantian, kalau senin pagi aku pakai maka selasa paginya dia yang pakai, rencananya aku pengen beliin MTB buat dia biar seru. Intinya dia jadi lebih rajin olah raga, untuk kembalikan stamina katanya. Goalnya, dalam waktu dekat kita akan naik gunung Ungaran berdua, mungkin bareng teman-temanku (kayak dulu lagi dia selalu cewek sendirian, lainnya jagoan-jagoan yang siap masak kopi buat dia) atau opsi kedua yang kelihatannya lebih asyik, kemah di gedong songo bareng ketiga anak kita, Luhde 8th, Dena 6th, dan Nyoman 3th …SERU!!!!

Temans, aku happy banget dengan mood istriku yang meluap ini. SHE IS BACK!!!

Senin, 21 April 2008

Akal sehat untuk bersyukur

Apa sebenarnya arti dari akal sehat, yang jelas pasti beda sekali dengan otak yang sehat. Otak yang sehat sifatnya lebih ke hal yang sifatnya klinis seperti aliran darahnya lancar karena rutin konsumsi salmon dan rajin berolah raga sehingga terhindar dari penyakit stroke. Sedangkan akal sehat sifatnya lebih kearah perilaku dan cara berpikir kita. Sekarang ini ada kecenderungan bahwa kita cenderung lebih mementingkan otak yang sehat ketimbang akal yang sehat, dan bahkan banyak yang tidak mementingkan kedua-duanya. Banyak orang yang tidak suka makanan yang ‘sehat’, tidak konsumsi vitamin apalagi berolah raga, dan juga banyak yang ‘lupa’ menggunakan akal sehat yang dimilkinya sejak lahir. Sudah dapat pekerjaan yang bagus, ada bonus (THR), bahkan ada yang dapat bonus 3 bulan sekali dan kalau sakit masuk rumah sakit dibayarin sama asuransi, masih saja mereka complain bahwa kehidupannya kurang baik, kantornya nggak fair dalam memperlakukan mereka. Apakah mereka yang complain itu sudah menggunakan akal sehatnya?

Siapa aku untuk menghakimi mereka?

Aku hanya punya keyakinan bahwa “Gusti ora nate sare” yang kalau di-Indonesiakan “Tuhan tidak pernah tidur”. Dia selalu menjaga kita dan menyediakan jalan yang benar untuk kita. Dan tugasku adalah untuk selalu berusaha bersyukur akan hal itu, setiap saat, setiap hari, setiap waktu. Saat bangun tidur aku bersyukur bahwa aku masih diberi waktu untuk memperbaiki hidupku, saat sampai di tempat kerja aku bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan untuk berkarya, saat pulang aku bersyukur bahwa aku masih diberi waktu untuk melakukan hal lain yang bisa berguna untuk masa depanku, saat sampai dirumah aku bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan untuk berkumpul bersama keluargaku, dan besok paginya saat bangun aku juga bersyukur masih diberi kesempatan untuk bersepeda atau jogging di pagi hari agar tubuhku sehat dan masih sangat banyak lagi hal-hal besar ataupun kecil yang kita bisa syukuri. Aku nggak ngerti apakah aku akan masuk surga? Yang aku tahu bahwa dengan bersyukur aku pasti akan mendapatkan hidup yang lebih baik, karena saat kita bisa menikmati dan mensyukuri apa yang kita dapatkan sekarang, maka Tuhan akan memberikan hal lain untuk kita syukuri. So…let’s always use our ‘akal sehat’ agar kita selalu bisa mensyukuri kehidupan ini. Have a nice day!

Kamis, 17 April 2008

Bersepeda lagi

Setelah sering demam, nggak bisa tidur karena penngen punya sepeda (he..he..kayak anak kecil saja), akhirnya senin malam kemarin semua menjadi luar biasa, aku punya sepeda lagi (maturnuwun istriku…). Terakhir aku punya sepeda adalah saat kelas 2 SMP. Aku masih ingat sepeda balap warna coklat, hari jumat dibelikan ayahku dan hari minggu hilang diembat maling, sedih deh… dan sepedaku sekarang adalah United Miami yang sudah diupgrade diganti handle, velg, ban, sadel, bos, rantai, dan lain-lainnya yang aku belum familiar. Aku beli murah sekali dari teman Cuma 1,1 jt. Dan tiga hari ini setiap pagi aku genjot paling tidak setengah jam muter banyumanik-sukun-karangrejo yang medannya agak naik turun, ternyata dengkul ini lemes juga…intinya aku harus banyak latihan dan jarak tempuhnya semakin hari harus semakin jauh untuk peningkatan endurance. Ayo bersepeda!!! biar tambah bugar…dan bener bro…paginya setelah sampai dipabrik kalau jalan kaki keliling enteng banget langkahnya…..

Rabu, 09 April 2008

Refreshing di Promasan (desa sebelum puncak Ungaran)


Senin sampai jumat setiap hari kerja, jalan macet, tekanan pekerjaan. Ya..itu sebagian dari hidup yang kita lalui. Makanya kalau pengen awet muda dan bisa menjaga keseimbangan kita sekali-sekali harus pergi nyantai seperti saat bujang dulu.

Kamis 20 Maret 2008, pk. 20.30. Nicko, Heri, Aji dan Erfin sudah ngumpul dirumahku di daerah Banyumanik. Tinggal nunggu Budi dan “city boy” Mungkas! Kami semua sudah merasa gerah nungguin mereka berdua. Sampai akhirnya jam Sembilan, kami berangkat diantar istri tercinta (thanks ya Mam udah mau anterin kita2 ke jalan raya dan mau jagain anak2 selama kita bersenang-senang). Ini asyiknya, kita yang rata-rata sudah jadi bapak, masih bawa ransel dan nongkrong di pinggir jalan depan terminal Banyumanik nungguin pick upnya Mungkas. Dan brung…brung..ampun deh suara pick up Mungkas banter banget coy…kita berlima melempar ransel ke bak pick up dan kitapun berloncatan masuk. Mobil meluncur ke lereng gunung ungaran. Kepala ini rasanya dingin banget dan enak banget terkena angin malam apalagi setelah masuk dibelokan yang naik ke daerah jimbaran. Kita yang katanya orang kantoran dan pabrikan memang butuh banget suasana liar seperti ini. Tinggalin tuh tetek bengek yang ada urusannya dengan birokrasi.

Jam 10.00 malam. Pick up diparkir di sebelang rumah perkebunan yang kosong. Tapi busyet deh..mobil Mungkas yang satu ini suaranya memang…ampun deh..bayangin saja saat lewat jalan pedesaan yang kanan kirinya ada rumah penduduk yang udah pada tidur suara knalpotnya kaya suara mobil mau start drag race! Tapi memang penduduk desan luar biasa mereka mau ngerti terhadap orang kota yang kampungan kayak kita ini. Coba kalau lewat jam segitu di kampung bawah..habis sudah kita. Setelah beresin ransel sebentar kita bertujuh berangkat naik.

Perjalanan malam memang luar biasa, lebih cepet, Cuma nggak bisa lihat pemandangan saja. Jam 12.00 tengah malam kita sampai dipersimpangan kebun teh Promosan. Kalau belok kiri ke puncak. Nah tujuan kita adalah bermalam di desa Promasan dan menikmati malam disana. Kita ambil jalur lurus dan akhirnya ampun deh…2 jam kita muter-muter dan bolak-bailk cari pertanda lampu desa promasan tidak ketemu-ketemu. Kami mulai stress..perut lapar dll. Nicko memutuskan untuk membagi beberpa tim untuk bergiliran menyusuri setiap persimpangan yang ada. Untung ada telur asin yang bisa kita makan. Dan akhirnya Mungkas dan Budi mengirimkan sms “silakan meluncur” yang artinya jalan yang mereka coba benar. Sesampai didesa ternyata lampu desanya kalau malam mati, ya jelas saja petunjuk lampu desa tidak pernah kita temukan. Dan karena sudah malam kita tidurnya di barak sambil menikmati angin yang dingin-dingin empuk(bagi yang bawa sleeping bag) dan dingin yang menusuk tulang (bagi yang tidak bawa sleeping bag ha..ha…ha…makanya..)

Photobucket
Mau pulang. dr. kiri ke kanan, Aji, Budi, Mungkas, Erfin, Heri, Hendry
Photobucket
Nicko "bangga" ama permen cupacupnya yang tinggal satu
Photobucket
Jalan setapak

Besok paginya setelah sarapan kita langsung pulang. Terima kasih Allah, Gunung, air, pohon, tanah, angin, kabut, langit, bintang, bulan, kebun teh, kebun kopi, teman-teman.. dan masih banyak yang tidak kusebutkan karena telah memberikan kedamaian dalam pikiran dan hatiku. Sampai ketemu di perjalanan kita berikutnya.Salam sejahtera dan Jaya Indonesia!

Minggu, 06 April 2008

Ikhlas

Ditulis oleh istriku tercinta, Senin 7 April 2008

Ayat – Ayat Cinta yang menghebohkan, membuat aku memutuskan untuk menontonnya. Sebelumnya aku bimbang, baca novelnya atau nonton ya.. Setelah membaca beberapa referensi tentang novel, penulis dan sutradaranya, akhirnya aku putuskan menonton di Bioskop 21 di pusat kota Semarang. Aku minta ijin suami untuk mengajak anak. Dia belum genap 8 tahun, tapi menurut kami dia pantas menonton film tersebut karena kami pikir secara logika dia bisa mengerti pesan yang ada. Jalan berdua dengan dia sore itu, sangatlah menyenangkan. Karena selama ini kami selalu jalan bareng2, alias 1 paket, aku suami dan 3 anak... fuihhh...lebih seru sih, tp kali ini berkesan banget. Apalagi bagi anakku, pertama kalinya dia akan masuk ke bioskop! Sepanjang perjalanan, dia sudah heboh, membayangkan didalam bioskop itu seperti apa, bukan filmnya bo!

Setelah membeli tiket, kami mampir toko optik untuk memeriksakan matanya. Aku sdh curiga waktu dia membaca kamus bahasa inggris, terlalu dekat dan ternyata betul, mata dia minus 0.5! Selesai membayar DP untuk pembelian kaca mata, kami makan malam, pilihan dia ya, fried chicken tentunya...makanan junk food penuh dengan lemak dan kolesterol bagi emaknya!

Jam menunjukkan 18.15, pintu theater sudah dibuka, kami masuk kedalam. Anakkku senguin berat, terus aja bicara, koq gelap ya, ma! Koq kursinya gak bisa buat tiduran ya? Sementara Extra film diputar, judulnya Tali Pocong Perawan..hi...hi..ngeri juga bacanya, eh..tp dia justru terpingkal2 liat mamanya ketakutan dan terkaget2

Film Ayat - Ayat Cinta cukup bagus, ada konflik ada persahabatan ada cinta ada banyak yang dapat aku pelajarin. Dipertengahan film mulai air mata keluar tanpa pamit, penonton terbawa emosi dan larut dalam emosinya.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari film tersebut adalah suatu keihlasan. Ikhlas untuk membagi cinta suami kepada orang lain. Tapi meskipun cuman terdiri dari 6 huruf, untuk memenerapkannya tak semudah kita mengucapkannya. Bagaimana kita ikhlas untuk berbagi cinta? Bagaimana kita dengan ikhlas kehilangan orang yang kita cintai, sesuatu yang kita sayangi, melepaskan sesuatu yang telah menjadi darah daging kita.

18 February 1998, Bapak meninggal, awalnya aku sedih sekali, karena Bapak meninggal 1 minggu sebelum hari ultahnya, dimana Bapak minta hadiah yang sudah disanpaikan. Berbulan2 aku tidak bisa menerimanya, apalagi Mama. Bulan demi bulan, Mama terlihat semakin tua, meskipun Mama bilang kalo Mama sudah mengikhlaskan kepergian Bapak, tapi aku nggak yakin. 2, 5 tahun setelah itu, Mama terlihat lebih sumringah, rambut dipotong pendek model bob, ditoning hitam, Mama terlihat cantik sekali, lebih muda mungkin karena Mama sudah bisa ikhlas dengan kepergian Bapak. Namun, aku hanya bisa menikmati keceriaan Mama sesaat, 2 tahun 8 bulan setelah kepergian Bapak, 2 Oktober 2000, Mama menyusul. Sekali lagi aku harus mengikhlaskan kepergian orang yang dekat denganku.

Tahun 1997, aku kehilangan sepeda motor, padahal baru satu bulan aku menerima BPKB, karena motorku baru lunas setelah 2 tahun nyicil. Marah, benci, kecewa.. semua jadi satu. Setelah 1 tahun pontang panting mencari di beberapa polsek/polres, aku baru bisa mengikhlaskan dengan menjual BPKB dan STNK. Setelah itu plong...kita ihlaskan saja,nggak mungkin kembali barangnya tapi mungkin akan diganti oleh Tuhan yang lebih baik

Ikhlas, kapan terakhir kita mengikhlaskan sesuatu? Seorang pimpinan yang korup, sebaiknya mengembalikan yang bukan haknya dengan ikhlas, sebelum diseret kepengadilan. Seorang wanita yang mencintai suami orang, sebaiknya secara ikhlas mulai mengundurkan diri dan merelakan bahwa dia adalah milik keluarganya, istri dan anak2nya. Seorang yang mencintai masa lalunya, sebaiknya sudah mulai melupakan dan merelakan bahwa masa lalu adalah kenangan dan tak mungkin kembali, kecuali kita punya jam waktu yang bisa dimundurkan.

Ikhlas, mari kita belajar untuk bisa mengikhlaskan apa yang sudah pergi, apa yang sudah hilang, apa yang bukan milik kita. Insya Allah, Tuhan akan menggantikannya yang lebih baik. Amien.

Rabu, 02 April 2008

Arjuna atau Sri Rama

Sebagai seorang pria dewasa yang sudah beristri seringkali dihadapkan pada godaan untuk ‘melihat’ wanita lain yang secara fisik ada lebihnya dari pasangan kita. Ada sebagian yang bilang “itu alami bro!..” kita diberi mata oleh Tuhan untuk menikmati hal-hal yang indah-indah, salah satunya ya wanita wanita cantik itu. Ada juga yang langsung mengalihkan ke pemandangan yang lain karena sadar bahwa menurut ajaran keyakinanny wanita itu bukan muhrimnya bahkan berjabat tanganpun dia tak mau. Lalu bagaimana menyikapi hal itu? Mana sih keputusan yang benar?

Dari pembicaraan kecil tadi malam bersama seorang sahabat yang saya anggap sebagai salah satu guru. Akhirnya pilihan itu menjadi sangat sederhana. Katanya “kamu tinggal memilih, mau menjadi seperti Arjuna atau seperti Sri Rama? Aku semakin bingung, karena menurutku kedua lakon pewayangan tersebut sama-sama digjaya sakti mandraguna, sama gantengnya, sama lembutnya dan sama-sama titisan para Dewa.

“Aku bingung bang” kataku

Memang bukan pilihan yang mudah kalau kamu pakai otakmu untuk memilih, coba kau putuskan dengan hatimu. Saat melihat wanita yang bukan istri atau kita sebut saja hal duniawi apa yang dilakukan Arjuna?

“Dia kawini wanita itu Bang”

“Ya itulah Arjuna, dia memang baik, ganteng, lembut dan kesatria yang sakti, siapa sih wanita yang tidak kepencut bila melihat dia. Cuma problemnya dia masih belum bisa menguasai nafsunya yang satu itu”

“Lha kalu Arjuna yang titisan dewa saja tidak bisa, khan lumrah kalau manusia juga tidak bisa”

“Ya itulah manusia yang pengennya meng“amini” tindakan yang salah tapi enak dengan mengutip referensi kitab-kitab yang sebetulnya maksud dari ceritanya bukan untuk itu. Mahabaratha itu dulu ditulis agar kita manusia ini bisa belajar dari cerita yang luar biasa tersebut”

Aku mulai menganggukan kepala seperti biasanya saat sahabatku ‘Brewok’ nama aslinya Wanto mulai bicara serius seperti ini.

“Arjuna sadar akan kelemahannya terhadap hal-hal yang sifatnya dunia, makanya dia memutuskan untuk belajar kepada Sri Rama melalui Kresna yang kita kenal sebagai Bagawadgita, di situ dia baru sadar bahwa banyak hal yang menurut dia benar sehubungan dengan sepak terjangnya sebagai kesatria ternyata salah, dan dia memutuskan untuk nurut sama Sri Kresna”

Aku berpikir, lalu apa hubungannya antara Arjuna dan Sri Rama tentang menyikapi wanita?

“Aku tahu apa yang kamu pikirkan” kata brewok yang membuatku kaget. “Sri Rama saat kehilangan permaisurinya Dewi Shinta dia mencarinya sampai keujung dunia, dia tidak mengalihkan cintanya kepada yang lain, bahkan menyeberang lautanpun dilakukan, bahkan melawan Rahwanapun dia lakukan. Itu semua karena cintanya pada Dewi Sinta”

Aku diam mencerna apa yang dikatakan oleh sahabatku yang jarang pakai baju ini.

“Dari hari kecilku yang paling dalam Bang, aku mau seperti Sri Rama, dan ya aku akan tetap mencitai istriku sampai kapanpun. Kalau nanti ada dewi-dewi yang lain yang telihat dihadapanku, aku pasti akan melihatnya, aku tidak mungkin tidak melihatnya dan aku akan tetap “eling” bahwa aku sudah memiliki dewi yang sudah memberikan cintanya untuk dan sudah pula kuberikan cintaku untuk dia. Dan kelak aku berharap keturunankupun akan memilih untuk tetap setia seperti Sri Rama atau Arjuna ‘setelah’ belajar dari Sri Kresna dalam Bagawadgita”

Brewok tersenyum melihatku, rambutnya yang acak-acakan, dan kumis serta brewoknya yang tidak beraturan tidak bisa menyembunyikan kelembutan hatinya.

“Aku pulang dulu Bang, terima kasih atas pencerahan malam ini”

Sebagian orang memilih untuk menjadi seperti Sri Rama, dan sebagian orang memilih untuk menjadi Arjuna. Apapun yang mereka pilih itu adalah hak mereka. Tapi sebelum memilih ada baiknya kita berpikir, bagaimana jika aku yang dijadikan suami yang kedua? Atau bahkan yang ketiga dan seterusnya. Pikirkan…..

Semarang, 2 April 2008

Kamis, 13 Maret 2008

Ibu dan Pakde

Waktu itu, berat sekali rasanya. Ibu saat itu hanya punya pikiran kuatkah aku menghadapi semua kejadian ini. Berat sekali rasanya membawa rasa dalam dada ini.

Kalimat itu memaksa aku untuk kembali duduk dikursi makan diseberang kursi tempat ibuku duduk, kami berhadapan. Semua janji bisnis yang sudah kubuat untuk malam ini aku batalkan. Pembicaraan ringan yang biasa kita lakukan berubah menjadi pembicaraan yang menurutku ‘berat’. Suara ibu bergetar saat mengucapkannya.

“Mengapa pakde dipenjara Bu?”

“Tidak tahu nak, ibu masih kecil saat itu, ibu masih kelas lima SD, yang ibu ingat hanya kira-kira 3 hari sebelum kejadian, ada seorang teman dari pakdemu yang menginap di rumah”

“Teman itu siapa?”

“Ibu juga belum pernah melihat sebelumnya, tapi kata nenekmu, dia adalah teman dari pakdemu yang mungkin sedang susah, ya udah biar saja nginep disini kata nenekmu saat itu”

“Setelah pakdemua ditangkap, kakekmu mulai sakit-sakitan, kami saat itu miskin sekali dan susah, kami delapan bersaudara dan semua masih sekolah, pakdemu saat itu sudah SMA, dan sangat pintar, dialah yang ‘digadang-gadang’ oleh kakekmu agar bisa jadi orang dan bisa mengangkat harkat keluarga”

“Lalu pakde ditangkap begitu saja tanpa ada surat penangkapan atau pengadilan?”

“Ibumu juga tidak tahu, nenekmu buta huruf dan kakekmu adalah orang yang paling nrimo, dibeginikan tidak marah, dibegitukan juga tidak marah”

Aku diam membayangkan wajah almarhum kakeku yang sudah meninggal saat aku masih duduk di kelas tiga SD. Matanya cekung, dan memang kakek tidak pernah marah sedikitpun kepadaku, bibirnya selalu tersenyum, siapapun akan merasa damai saat melihatnya.

“Setiap kamis sore kakek selalu bilang ke nenekmu untuk menjemur irisan tempe itu sampai kering agar lebih awet, dan sabtu sorenya, kering tempe itu dikirim ke pakdemu dipenjara” …ibu terdiam dan kulihat matanya mulai berair, aku pegang kedua tangannya, dan tangan kami saling berpegangan di atas meja makan yang beralaskan kaca yang sangat dingin karena sore itu hujan mulai turun.

“Setiap sabtu siang, kakek dan nenekmu naik sepeda menengok pakdemu dan mengantarkan kering tempe kesukaan pakdemu, sampai akhirnya kakekmu sudah tidak sanggup lagi mengayuh sepedanya karena sakit paru-paru”

Ibu berhenti sebentar menarik nafas dalam-dalam, seperti mencoba mengingat rasa tidak enak yang pernah dia rasakan dulu.

“Saat itulah ayahmu datang, dan bahkan sebelum menikah dengan ibu, ayahmu sudah mengambil sebagian tanggung jawabnya, dialah yang memboncengkan kakek atau nenekmu untuk pergi mengantarkan kering tempe untuk pakdemu”

Aku tersenyum mendengar hal itu, ibuku selalu bangga saat menceritakan bagian itu, dan bagiku itu sudah cukup untuk menjadi bukti cinta dari ibuku untuk ayahku, demikian juga sebaliknya.

“Sampai suatu saat, ibu mencuci rantang tempat kering tempe setelah nenekmu pulang dari menengok pakdemu, saat itu ibu merasa aneh, kenapa jari dan telapak tangan ibu menjadi kehitam-hitaman setelah memegang bagian belakang rantang? Ternyata setelah ibu balik, dibagian belakang rantang tersebut pakdemu menuliskan pesan-pesannya. Ibu sangat sedih sekali, berarti selama ini ibu sudah banyak menghapus surat-surat yang pakdemu tuliskan untuk ibu sebagai anak yang paling tua dirumah setelah pakdemu masuk penjara”

Aku sudah tidak sanggup lagi menahan air mataku. Air mata itu mengalir seiring dengan bertambahnya rasa hormatku kepada ibuku. Susah yang kualami sekarang sebagai kepala keluarga tidak ada apa-apanya disbanding dengan betapa sedih, perih dan susahnya ibuku saat itu. Ibu masih duduk di kelas 5 SD saat itu dan dia harus mengambil tanggung jawab perasaan sebesar itu.

“Mengapa pakde harus menuliskannya di rantang? Kan tinggal tulis surat saja atau titip pesan lewat nenek”

“Saat itu, semua surat pasti disortir dan setelah disortir pasti dimusnahkan, tidak perduli apapun isinya, dan pakdemu adalah orang yang bijak dan cerdas, dia tidak kehilangan akal makanya dia tuliskan semua pesannya dibagian belakan rantang dan dia tahu bahwa adiknya pasti akan membacanya”

“lalu mengapa dia tidak titip pesan ke nenek saja”

“Dia tidak ingin menyusahkan orang tuanya, dia tahu orang tuanya sudah cukup menderita dengan memikirkannya”

Aku terbayang wajah pakde yang menurutku memang cerdas, dan aku merasa bahwa sampai saat ini aku sangat tidak cukup memberinya perhatian dan bahkan rasa hormat.

“Apa saja isi surat itu Bu?”

“Banyak, tapi kebanyakan pakdemu meminta ibu untuk selalu membantu kakek nenekmu betapapun capeknya badan ibu, dan lebih sabar dalam membimbing om-om dan tante-tantemu. Dan dia juga meminta ibu agar lebih berhati-hati dalalm bergaul serta giat belajar agar tidak menyusahkan orang tua.

“Cuma itu”

“Ya, dan pakdemu tidak pernah bosan untuk mengulang pesan-pesannya dan ibumu juga tidak pernah merasa bosan untuk membaca pesan-pesan dirantang itu”

Aku menarik nafas agar lebih tenang dan tidak terbawa emosi, sedangkan ibuku sudah terlihat lebih tenang.

“Ibu tidak benci terhadap orang yang memenjarakan pakde?”

“Dulu ya, tapi lama kelamaan ibumu merasa bahwa benci tidak mengobati sakit hati ibu. Semakin ibu membenci ibu semakin tidak tahu kepada siapa orangnya yang harus ibu benci”

Semarang, 14 Maret 2008

AKu menganggukan kepala pelan sekali. Ibuku benar, tidak ada jalan lain selain memaafkan atau tidak memikirannya sama sekali. Lupakan!

Minggu, 09 Maret 2008

Merayakan kematian

“Belajar mensyukuri kematian karena sebenarnya kematian adalah awal dari kelahiran kembali menuju kesempurnaan”

Apakah ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi setelah kita mati? Aku tak berani menjawab pertanyaan ini. Masing-masing keyakinan punya pandangan sendiri-sendiri tentang apa yang akan terjadi setelah kematian. Di Bali, upacara Ngaben bisa menghabiskan berjuta-juta uang atau bahkan bermilyar. Bayangkan saja untuk persiapan upacaranya saja mereka harus memasak untuk masyarakat yang membantu persiapan upacara dari membuat sesaji, wadah (rumah-rumahan yang akan diarak) dan lain sebagainya yang detailnya banyak sekali, dan memakan waktu berhari-hari untuk mempersiapkannya. Laksana mempersiapkan sebuah pesta yang besar bahkan lebih besar dari pesta saat penyambutan kelahiran.

Diceritakan bahwa dibalik kelahiran kembali atau biasa disebut reinkarnasi adalah kesempatan yang diberikan olehNya kepada manusia untuk memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik dari kelahiran yang satu ke kelahiran yang berikutnya sampai akhirnya mencapai “kesadaran” yang tinggi lalu moksa. Jadi sebenarnya saat kita mati adalah momentum yang tepat bagi kita untuk nantinya bisa menjadi manusia yang lebih baik. Di sebuah kitab tentang kematian di Tibet disebutkan bahwa sebenarnya kita bisa memilih untuk kelahiran kita yang berikutnya, namun itu hanya bisa terjadi bila kita memiliki kesadaran yang baik. Kesadaran yang baik bisa dicapai dengan salah satunya adalah meditasi.

Memang rasanya terdengar aneh saat mendapatkan ide untuk merayakan kematian. Saat pergi ke rumah kakek yang meninggal karena sakit paru-paru, istripun bilang “kau jangan macam-macam, dimanapun saat ada kematian disitu pasti ada kesedihan, tapi kamu malah mau merayakan” . Tapi menurutku ini penting sekali, karena bila kita sadar akan kematian, maka yang akan kita lakukan adalah perbaikan terus menerus terhadap diri kita. Mengapa? Karena kita perduli dengan kematian. Karena kita perduli, kita pasti akan mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya, baik dari segi perilaku kita dan lainya yang biasa disebut warisan. Warisan biasanya dikaitkan dengan harta, mungkin tidak ada salahnya menambahkan warisan berupa contoh-contoh dari kehidupan kita sehari-hari. Yang nantinya akan ditiru oleh anak cucu kita.

Kesimpulannya, mari kita belajar mempersiapkan kematian dengan melakukan hal-hal yang berguna, positif, dan mari belajar untuk tidak takut terhadap kematian melalui keheningan dan meditasi. Memang tidak mudah, tapi kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi??