Kamis, 13 Agustus 2009

BULAN BAIK

Kalau bulan ini penuh berkah, lalu bulan yang lainnya apa?
Apa berbuat baik itu harus nunggu bulan yan tepat?
Lalu apa yang kita perbuat di sebelas bulan yang lain?
Tidak lelahkah engkau menunggu sebelas bulan untuk kebaikan?

Aku mau kapan saja
Aku mau setiap saat
Aku mau setiap waktu
Berbakti untuk kelahiranku
Berbakti untuk Dia yang menciptakanku.

Senin, 10 Agustus 2009

15 MENIT YANG MENYEJUKAN

Pagi yang indah sekali, biasanya MP3lah yang menemani aku jalan/lari pagi, namun tadi pagi, aku ditemani istriku. Sudah sangat lama kami tidak berolah raga bersama, kami jarang sekali bisa bicara berdua dengan waktu yang berkualitas, bangun pagi dia sudah menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan anak-anak bersama asisten. Namun tadi pagi dia bersedia jalan pagi bersama, kami bangun 15 menit lebih pagi dari biasanya. Setelah membangunkan anak kami agar bisa mandi dan bersiap-siap, kami berkeliling komplek. Dalam 15 menit itu banyak sekali yang kami bicarakan, impian-impian masa depan keluarga, bisnis keluarga, anak-anak dan remeh –temeh lainnya. Dan efeknya luar biasa, sampai sekarang jam 08.45am, aku merasa mendapat energy tambahan yang luar biasa, yang pasti aku merasa makin mencintainya, hatikupun terasa sangat damai, benar-benar 15 menit yang menyejukan dan kami harus lebih sering melakukannya

Terima kasih Tuhan, Kau kirimkan dia tuk menemaniku.
Semarang, 11 Agustus 09.

Minggu, 09 Agustus 2009

MELAWAN DENGAN RESTORAN


Aku selalu percaya bahwa Dia memberikan sesuatu tepat pada waktunya. Kemarin secara tidak sengaja aku menemukan buku kecil warna coklat di rak diskon 30% di Gramedia, “Melawan dengan Restoran” karya Sobron Aidit & Budi Kurniawan, aku tertarik. Awalnya aku tertarik karena sejarah adalah hal yang sangat menarik bagiku, Sobron adalah adik dari tokoh Aidit yang konon adalah ‘pemberontak’ di Indonesia. Dan aku tak perduli, mau dia pemberontak atau apapun, aku percaya bahwa sesorang siapapun dia pasti selalu punya sisi lain yang tak pernah diketahui oleh orang lain.

Setalah aku baca beberapa halaman ternyata buku itu menjadi sangat menarik. Diceritakan bagaimana dalam pelarian Sobron dan kawan-kawan berjuang untuk hidup, sampai akhirnya diputuskan untuk membuka restoran masakan dengan modal kemauan dan kayakinan, tanpa uang! Berbagai kesulitan toh akhirnya bisa terselesaikan karena ketulusan dari mereka yang seperjuangan. Dari mulai larangan yang dikeluarkan oleh kedubes RI bagi orang kita untuk makan di restoran itu, aneh! Ya memang kebencian itu selalu mengakibatkan tindakan yang aneh dan tidak masuk akal! Dan akhirnya setelah pak Harto berhenti menjadi presiden, semua larangan itu berubah menjadi sebuah persahabatan yang manis di restoran Indonesia di tengan negeri Prancis itu.

Buku yang indah, penuh inspirasi dan sederhana. Aku sendiri kebetulan akan ‘segera’ membuka usaha mie ayam Jakarta meras sangat beruntung mendapatkan buku indah itu. Terima kasih pak Sobron! Perjuangan yang luar biasa, Semoga semangat kebersamaan & keasabaran itu bisa terjadi di warung kami. Amin.

Semarang, 10 Agustus 09.