Selasa, 27 Januari 2009

Ada kasih dalam keheningan

Beberapa kali aku mendengar tentang keheningan, kasunyatan, diam, namun belum pernah aku mengalami apa yang terjadi tadi pagi bersama Nyoman anaku. Akhir pekan kemarin aku membaca atau lebih tepatnya ‘tenggelam’ di dalam buku karangan Zara Zetira yang judulnya ‘every silence has a story’ (semoga tidak salah eja). Di salah satu bagian dari buku itu diceritakan sebuah fase yang dialami oleh Zaira, yaitu “diam”, tidak berbicara hanya mendengar dan melihat, merasa tapi tidak menanggapi secara visual. Semua ditanggapi dan diolah hanya dengan hati namun tanpa emosi. Dan terus terang setelah selesai membaca buku itu hatiku rasanya berat, entah karena apa. Namun sekali lagi aku ingat apa yang dikatakan sahabatku bahwa jangan takut dengan perasaan seperti itu, syukuri saja bahwa kamu masih bisa merasakan ‘berat’ itu seperti apa?, itu berarti kamu masih hidup dan masih sebagai manusia, yang penting bersyukur kepadaNya.

Tadi pagi seperti biasa setelah Yosie pergi kerja sekalian antar sekolah Luhde dan Dena, aku tinggal dengan Nyoman dan tiduran bareng. Kukatakan padanya bahwa aku akan bekerja nanti jam 7, lalu dia mengangis, aku tidak boleh kerja katanya. Kucoba jelaskan mengapa aku harus bekerja namun dia tetap tidak bisa menerima (Nyoman baru berumur 4 tahun). Sampai akhirnya aku diam, aku hanya pandangi matanya, kuelus rambutnya, bahunya, tangannya. Dia juga terdiam dari tangisnya, lalu minta dibuatkan susu. Setelah minum susu kami berdua tetap diam hanya berpandangan, cukup lama, mungkin 2-3 menit. Lalu kukatakan bahwa aku mau mandi dan bekerja, Nyoman tidak menjawab hanya mengangguk, aku gendong dia dan kududukan di matras depan TV dan kunyalakan cartoon network kesukaannya. Lalu aku mandi.

Di kamar mandi baru aku sadar bahwa aku baru saja melakukan ‘diam’, yang ada hanya rasa sayang, kasih yang kukatakan pada Nyoman dari mataku, dan sepertinya Nyoman merespon juga kasih dari matanya.

Aku jua masih belum mengerti, tapi yang jelas aku merasakan sesuatu yang lain saat kita berdua diam dan hanya saling memandang. Aku bahagia sekali.

Terima kasih Sang Hyang Widhi.

Tidak ada komentar: