Kamis, 17 Januari 2008

Wayan dari Seberang (Bag 6)

ARYA “JD”

Superman is dead!! Ya Superman memang sudah mati, jadi banyak orang jahat yang berkeliaran. Banyak pencoleng, penipu. Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu ketika aku masih SMA, aku selalu dengan bangga menceritakan pada teman-temanku dari luar Bali bahwa, di Bali aman banget, di halaman rumah kalau kita ninggalin sepeda motor dengan kunci kontak yang masih nempel di sepeda motor, nggak bakalan hilang! Kanapa? Karena orang Bali takut karma! Tapi sekali lagi itu dulu, sekarang kalau kita melakukan hal itu ya sama saja ngasi sajen untuk para pencoleng itu. Menurut pengamat itu terjadi karena banyak pendatang dari luar Bali, ada yang bilang karena sekarang cari uang tambah susah. Aku sendiri nggak begitu ngerti kenapa, tapi menurutku yang jelas mereka Cuma mau gampangnya untuk dapat uang, dan nggak perduli dengan kesusahan orang lain. So…dari pada dipikirin lebih baik kujadikan inspirasi untuk lukisan saja. Teman-temanku sering bilang aku antik karena lukisanku adalah tentang kehidupan sehari-hari yang terbilang nggak umum, tapi tetap dengan gaya Bali seperti yang terlihat di Sukawati hanya saja dari segi ukuran, obyek yang aku lukis nggak terlihat rumit, contohnya adalah lukisanku dengan judul “kecurian sepeda motor”, di situ aku melukis 3 obyek, yaitu laki-laki sebagai ayah, perempuan sebagai ibu dan anak perempuan kecil yang sedang menghitung lembaran uang dengan wajah sedih karena mereka masih harus nyicil motor yang minggu kemarin dicuri. Ya uang gaji mereka cukup atau pas banget untuk makan sehari-hari, sekolah anak, mebanten dan nyicil motor, jadi cicilan motor itu ibarat tabungan buat mereka. Dan sekarang mereka harus membayar cicilan motor ditambah dengan ongkos transport untuk si ayah berangkat kerja. Dan lebih bodohnya lagi lukisan itu laku dibeli kolektor gila dari Surabaya dengan harga yang fantastis menurutku yaitu lima puluh juta Man!! Dengan uang lima puluh juta di tangan langsung kulunasi cicilan sepeda motor Yamaha Jupiter kakaku, dengan tujuan agar yang ada di gambar itu tidak terjadi dikeluarga dekatku, lalu dua puluh juta kuberikan ibu dan ayahku dan sisanya yang dua puluh juta aku pakai untuk beli motor BMW tahun 50, sepeda gunung, minum bareng teman-teman dan untuk beli 10 kanvas, cat serta kuas, dan beberapa “JD” atau Jack Daniels minuman kesukaanku.

Namaku Arya, lengkapnya I Gede Arya Pratama, dan biasa dipanggil Arya JD, karena kebiasaanku minum Jack Daniel setiap hari dengan takaran tentunya, yaitu satu sloki sebelum makan siang dan satu sloki sebelum makan malam. Kadang-kadang suka kebanyakan minumnya, terutama kalau pas ada tamu atau teman yang dating dan mereka suka minum dan saat lagi melukis. Sehari-hari yang kulakukan adalah sembahyang di sangah, melukis, mencari obyek foto yang bagus, dan nongkrong bareng teman-teman club sepeda motor antic di Sanur. Dan aku sangat menikmati hidupku, uang akupun nggak susah-susah banget untuk mendapatkannya, lukisanku cukup lumayan laris dengan harga sekitar 5 sampai 20 jutaan (kadang lebih, cuma nggak sering). Dengan begitu hidupku makmur dan boros dan banyak teman yang mendekat, mungkin karena aku suka bayarin mereka minum.

Hanphone di kantongku mengeluarkan bunyi lagu …………milik Superman is Dead, band rock dari Kuta Bali yang akhirnya bisa masuk pasar nasional, dan khusus deprogram kalau ada telepon dari sahabatku, Dayu Kenanga.

“Hai Dayu”

“Om swastiyastu Arya, lagi dimana?”

“Lagi nongkrong di Sukawai, hunting moment yang tepat buat inspirasi lukisan”

“Kalau aku lagi di Yogya, aku pengen ketemu sama kamu nanti setelah pulang”

“Anytime Dayu, just call me first”

“Thanks Ya”

“Pengen ngomongin apa sih Dayu? Kelihatannya penting banget?”

“Cuman mau ketemu, dan ngajak kamu pergi ke Bedugul, sudah lama nggak kesana”

“Ok, kamu yang nyetir ya…khan aku nggak punya mobil, ntar hilang cantikmu kalau naik BMW ku”

“Ah..Arya, aku nggak pernah malu kamu boncengin BMW mu, cumin kamu yang nggak pernah mau boncengin aku”

“Ha..ha…ha…someday, aku pasti boncengin kalau aku sudah ganti jog belakangnya”

“Ok, see yu next week”

Aku dan Dayu bersahabat sejak SMA, dia cantik, tapi sedikitpun aku nggak pengen jadikan dia sebagai pacarku, aku lebih suka dengan gadis bule dengan kulit yang putih kemerahan kena sinar panas matahari. Dan karena itu maka sekarang aku pacaran dengan Jenifer, anak dari pengusaha Australia yang jatuh cinta dengan Bali, terutama dengan aku, Arya JD.

Bagiku Jenifer adalah segalanya, dia sekarang memiliki dan mengelola sebuah hotel kecil 20 kamar dengan kolam renang kecil berbentuk oval, restoran dan bar open air, dan setiap sore setiap hari senin, rabu dan jumat dia mengajar kursus bahasa inggris gratis di restoran itu. Murid-muridnya berfariasi, ada yang SMP, SMA, kuliah bahkan ada beberapa orang tua dengan umur diatas 35th. Di hari senin dia mengajarkan teorinya, seperti tata bahasa atau istilah kerennya grammar. Dan di hari rabunya di selalu melalukan bedah buku bahasa inggris, dari mulai buku anak-anak bergambar sampai novel. Kemudian di hari umatnya mereka betul-betul bersenang-senang karena Jenifer selalu menyelenggarakan hal-hal yang menarik seperti bagaimana membuat coctal, demo memasak oleh salah satu Cheffnya, atau berenang, atau diskusi tentang Bali dan kebiasaan dan kebudayaannya.

Dia sudah kurang lebih 6 bulan melakukan hal ini, ini membuat kelian banjar tempat dia tinggal sekaligus hotelnya menjadi sangat senang, karena sekarang banyak anak-anak muda yang tadinya menganggur bisa kerja part timer di tempat Jeniffer menjadi bar tender atau guide saat tamu dari hotelnya membutuhkan. Itu semua adalah hasil dari bimbingan Jeniffer. Nama hotelnya adalah Bali Banget hotel.

Siang itu panas matahari terasa enak sekali, mungkin ini karena aku tidak takut jadi hitam. Seperti biasa aku nyantai banget pakai sarung bali dengan corak batik coklat tua, dan baju lengan pendek motif bunga warna biru laut. Aku mengendarai BMW ku menuju ke hotel Bali banget. Soarang sekuriti dengan seragam sarung dan saput poleng hitam putih khas bali menyambutku.

“Om swastiastu Bli Arya” sambutnya sambil menyangkupkan kedua tangannya didepan dada.

“Om Swastiastu Bapa Mendra, Jeniffer ada?

“Ada bli, lagi berenang”

“Ok, tiyang langsung saja swimming poll”

“Nggih, durus..silakan Bli”

Bap Mendra adalah jagoan yang sangat disegani di wilayah situ, orangnya sangat sopan, tapi memang biasanya kalau jagoan sudah sampai pada tingkat yang cukup tinggi orangnya cenderung sopan, dan yang sok-sok itu biasanya jagoan yang tanggung.

Aku paling suka saat berenang bareng dia karena aku nggak pernah bosan melihat tubuh Jeniffer, aku sering bilang sama dia kalau keindahan tubuh Jeniffer Lopes adalah satu grade dibawah keindahan tubuhnya. Lalu katanya…”Dasar Seniman!”

Jenifer tidur di kursi kolam renang dengan kaca mata hitam, aku tahu dia tidur menikmati mathari siang itu. Dan sengaja aku berjalan memtar agar tidak terlihat olehnya, dan aku langsung ikut tidur di kursi yang berada disampingnya ikut menikmti panasnya matahari, dan aku ketiduran.

Tiba-tiba kurasakan ada seseorang menindihku dan menciumku, bibirnya hangat sekali dan aku tahu dia Jenifer.

“Jangan disini Jenifer”

“I’m just kissing your lips”

“Ya, tapi jangan disini, nggak enak dilihat karyawanmu”

“Ok, aku tahu kau mau, tapi aku menghargai Ke-balianmu, dan itu yang menyebabkan aku jatuh cinta sama kamu”

Dan dia beringsut dan berbaring disebelahku, kursi santai kolam renang itu pas banget untuk kami berdua, Jenifer memiliki tubuh semampai dengan tinggi 170 cm dan berat 50 kg. sangat sempurna dimataku, sekali lagi lihatlah Jenifer Lopez, nah seperti itulah tubuhnnya. Dan aku sendiri nggak besar dan nggak kurus, 176cm dengan berat 69 kg.

“Dayu ngajak ke Bedugul minggu depan setelah dia pulang dari yogy, kau bisa ikut”

“Of course I should go, aku nggak mau Dayu selalu disampingmu”

“Kamu selalu cemburu, she will never fall in love to me, dia Ida Ayu, dan aku sudra”

“Ya, but kamu sudra yang berhati bangsawan”

“Terserah kamu, aku lapar, kamu masak apa?”

“Mbok Made tadi masak sop dan ayam goring, ada sambel mentah kesukaanmu kok”

“O, makan sekarang yuk”

Dan kami makan siang, ngobrol tentang lukisan, tentang rencana Jenifer untuk ngajak aku pameran di Melbourne, dan dia bilang kalau ayahnya bisa bantu. Dan dia bilang kalau nanti menikah pengen punya anak 4 agar nama Bali bisa dipakai semuanya, yaitu, Gede, Made, Nyoman dan Ketut. Ya, kami berencana untuk menikah tahun depan. Kedua orang tua kami sudah setuju, Cuma aku saja yang kadang belum pengen untuk menikah. Kita berdua saat ini bisa dibilang sudah hidup bersama, aku sering tidur di rumahnya dan Jenifer juga sering tidur dirumahku. Semua saudaraku sudah tidak ada lagi yang memprotes apa yang aku lakukan. Aku selalu bilang ke mereka, this is my life, and I’m taking responsible of what I’m doing, I love her, and I will marry her when I want it to.

Aku pacaran dengan Jenifer kurang lebih sudah 2 tahun, kami bertemu di gallery miliku, saat itu dia dan orang tuanya sedang berlibur di Bali dan mereka masuk ke galeryku saat mereka jalan mau makan siang. Saat itu aku melihatJenifer sebagai gadis yang sangat cerdas dan global pikirannya, orang tuanyapun sangat santun. Mereka banyak bertanya tentang lukisanku, mengapa berbeda gaya dengan lukisan Bali pada umumnya? Dan banyak hal, sampai akhirnya aku diundangmakan malam di Hyat Sanur, tempat dia menginap bersama keluarganya. Jenifer anak tunggal, dan orang tuanya seorang pengusaha properti yang sukses di Melbourne. Mereka sudah berkali-kali ke Bali, pertama ketika Jenifer masih 3 tahu, kedua saat 12 tahun,ketiga saat 15 tahu, dan yang keempat sekarang saat usianya sudah 22 tahun. 22 tahun adalah usia dimana seorang wanita menuju matang secara kemandiriannya, dan secara bentuk tubuh, tang kedua adalah saat wanita itu mulai melhirkan anaknya yang pertama, ada dua resikonya, pertama menjadi tidak terkontrol alias overweight, kedua menjadi semakin berisi atau sintal tepatnya. Malam itu kami bicara banyak tentang Bali, kehidupan kita dan banyak sekali, sampai akhirnya Jenifer minta ijin kepada orang tuanya untuk jalan ke Bedugul denganku, dan orang tuanya mengijinkan, sambil berpesan,

“Arya, she is the only diamond we have, you take care of her”

Dan aku langsung jawab tanpa basa-basi

“I will sir”

Dari situlah hubungan kami terbina, dan Jenifer mulai sering bolak-balik ke Bali. Setelah menyelesaikan S2 Busines menagementnya di Australia dia memutuskan untuk tinggal di Bali dan akhirnya oleh ayahnya dia dibelikan sebuah cottage untuk dia kelola.

Siang itu setelah makan siang kami bercinta di kamar Jenifer, dan malamnya kami makan malam di pantai jimbaran. Makan sea food dan melihat lampu pesawat-pesawat boeing naik turun dari landasan ke langit membawa dating dan pergi orang-orang yang ingin menikmati keindahan Bali.

Lanjutkan ke bagian 7>>

Tidak ada komentar: