Kamis, 17 Januari 2008

Wayan dari Seberang (Bag 4)

PERJALANAN II

Sudah dua minggu aku melakukan perjalanan ini, warna kulitku mulai gelap, dan kaki tanganku mulai mengeras seiring dengan terlatihnya ototku setiap hari. Dan yang penting aku sudah tidak pernah merasa mual, pusing atau sesak selama perjalanan seperti yang kualami waktu di Besakih 10 hari yang lalu. Mungkin kini aku mulai bisa mengukur batas kekuatanku sehingga aku selalu beristirahat sebelum rasa yang menyakitkan itu dating. Dan yang paling penting adalah aku sudah mulai menikmati perjalanan ini dengan hati yang sangat damai, aku bertemu banyak orang, aku melihat banyak kejadian, aku mendengar banyak cerita, dan aku mendapatkan IMPIAN. Ya, impian itulah yang ternyata membuatku semangat. Aku sangat yakin sekali bahwa aku akan mendapatkan wanita pendampingku di Bali dalam waktu yang aku sendiri tidak mengerti, tapi adrenalin semangat itu terasa sekali mengaliri darahku..and it’s beautiful day…kata Bono U2.

Ini hari ke dua aku bermalam di home stay tepi danau Bedugul. Aku sangat mencitai tempat ini, saat pagi hujan gerimis menembusi kabut tipis yang berada ditengah danau, udaranya yangan dingin kira-kira 15 derajat celcius, dingin! Untuk ukuran orang Indonesia kelahiran Semarang yang panas seperti aku. Sekitar danau masih hijau, masih cukup terjaga, hanya memang villa-villa baru sudah mulai cukup banyak bermunculan. Pagi itu aku memutuskan untuk berjalan kaki ke warung dipingir danau untuk sarapan mie rebus campur telor. Dan minum susu panas campur telor ayam mentah.

Pipi gadis penjaga warung itu memerah karena hawa dingin Bedugul, umurnya kira-kira 18 tahun, dia tidak banyak bicara wajahnya serius dan terus melakukan pekerjaaan apa saja di warung itu. Sementara pria yang membantunya mengangkat yang berat-berat seperti seember air badannya tinggi tegap dan kulitnya coklat kehitaman karena terbakar sinar matahari, sering mincing di tengah danau mungkin pikirku. Mereka berdua adalah pasangan suami istri muda yang belum dikarunia anak, mereka kawin muda beberapa saat setelah lulus SMA, dan sekarang mengontrak sebidang tanah untuk mereka pakai sebagai warung untuk penghidupan mereka sehari-hari. Mereka sangat bersahaja dan menurutku mereka jauh lebih bijaksana dari pada teman-temanku yang sudah lulus S1 atau S2 tapi sampai sekarang masih nganggur karena belum dapat kerjaan, dan mereka tidak malu-malu untuk tetap tinggal dirumah orang tuanya setelah orang tuanya mengeluarkan beaya ratusan juta rupiah untuk beaya sekolah mereka. Aku menikmati sekali ngobrol dengan pasangan ini, Namanya Ketut Rati dan Made Bajra. Ketut yang terlihat pendiam ternyata sangat periang saat menceritakan bagaimana dia pertama kali bertemu dengan suaminya saat numpang angkutan desa bersama, katanya dia memang sudah sering memperhatikan Bli Made, karena dia selalu mengalah terhadapa penumpang lainnya sehingga dia akhirnya bergelantungan di pintu belakan angkutan sambil membantu menggendong bawaan ibu-ibu yang ada di dalam angkutan. Sampai suatu saat hujan deras, dan angkutan yang mereka terperosok di kubangan lumpur, Made dan beberapa lelaki harus mendorong agar roda mobil bisa naik dari kubangan itu. Memang mobil bisa naik tapi wajah dan tubuh para pendorong itu penuh dengan cipratan lumpur, lucu sekali dan kata Ketut secara tidak sadar dia memberikan sapu tangannya kepada Made untuk mengusap lumpur dari wajahnya. Wajahku berubah serius saat mendengarkan cerita yang luar biasa romantisnya itu. Dan katanya wajah Made saat itu juga bengong saat disodori sapu tangan, tapi dia menerima dan membersihkan wajahnya dari lumpur.

“Bli Wayan, hanya satu kata yang membuat hati tiyang berdebar saat itu, Suksma..katanya”

Lalu semua kembali seperti biasanya tapi tidak untuk kami berdua, yang tiyang rasakan saat itu adalah, tiyang jadi semangat bersekolah, karena pengen bertemu dengan Bli Made dan hidup tiyang merasa lebih indah dan bergairah kerana nggak tahu, tiyang hanya merasa yakin bahwa hidup tiyang nanti akan bahagia karena punya suami seperti Bli Made.

Mendengar cerita itu, Made hanya tersenyum dengan mata berbinar memangdani istrinya. Dan aku, sulit sekali menceritakan perasaanku, tapi kira-kira seperti ini, indah sekali cerita cinta dan kehidupan mereka, mereka orang desa yang fasilitasnya jauh lebih sedikit disbanding aku yang orang kota, dan mengapa aku tidak memiliki cerita seindah cerita mereka. Aku iri?? Ya! Tapi aku tidak mau mengakuinya, tapi aku harus belajar untuk bersyukur bersama mereka atas kehidupan yang sudah mereka ceritakan.

“Kalau Mas Wayan, bagaimana? Pacarnya orang mana?” Tanya Ketut.

“Aku belum punya?”

“Mana mungkin orang seganteng mas Wayan belum punya” kata Made sambil tertawa kecil sebagai tanda tidak percaya.

“Ya, aku belum punya, makanya cariin dong Made”

“Mas Wayan harus cari sendiri, pasangan yang kita dapatkan sendiri dari hasil pencarian kita sendiri jauh lebih baik dari pada yang dicarikan oleh orang lain”

Sialan, pikiranku seperti ditampar balik oleh jawabanku yang basa-basi tadi, ya tentu aku harus mencari sendiri, dan aku memang sedang mencari, mengejar gadis di dalam mimpiku.

“Ya, kalian betul, aku memang harus cari sendiri, nanti kalau sudah dapat aku ajak dia kesini”

“Baik, kami tunggu lo Mas Wayan”

Dan kami meneruskan obrolan kami tentang hal lain, setelah beberapa pelanggan masuk dan ikut larut dalam hangatnya suasanya warung mie rebus di pinggir danua Bedugul.

Matahari mulai naik dan udara hangat mulai terasa masuk disela-sela udara yang dingin tadi, dan gerimis serta kabut tipis juga mulai ikut hilang, aku naik angkutan mengelilingi bukit menuju ke lokasi wisata danau Bedugul dari sisa yang lain yaitu ke pintu utama. Aku memutuskan untuk menghabiskan siang di restoran bamboo di pinggiran danau sambil mentransfer dan merapikan ke laptop gambar-gambar foto yang kuambil saat perjalannku dua minggu mengelilingi Bali. Tidak terasa ternyata, aku menyimpan sekitar 859 gambar tentang perjalananku, dari mulai pemandangan, arsitektur, landscape, sampai manusia, aku rapikan filenya dengan nama-nama yang mudah diingat, dan beberapa gambar favorit dengan hasil yang baik aku pisahkan. Aku harus apakan gambar2 ini pikirku? Apakah akan kubuat hanya untuk diriku? Nggak boleh, harus aku share ke banyak orang agar siapa tahu orang lain bisa mendapatkan gunanya dari perjalananku ini. Berarti jalan keluarnya adalah “blog”. Tepat pk. 11.00 pagi menjelang siang, aku memutukan untuk membuat blog dengan judul “Bali masih sehat, dan Bali akan sehat”. Keren juga pikirku, rencananya akan kubuat dalam dua bahasa “Bali is healthy and will always be healthy”


Lanjutkan ke bagian 5>>

Tidak ada komentar: