Minggu, 06 April 2008

Ikhlas

Ditulis oleh istriku tercinta, Senin 7 April 2008

Ayat – Ayat Cinta yang menghebohkan, membuat aku memutuskan untuk menontonnya. Sebelumnya aku bimbang, baca novelnya atau nonton ya.. Setelah membaca beberapa referensi tentang novel, penulis dan sutradaranya, akhirnya aku putuskan menonton di Bioskop 21 di pusat kota Semarang. Aku minta ijin suami untuk mengajak anak. Dia belum genap 8 tahun, tapi menurut kami dia pantas menonton film tersebut karena kami pikir secara logika dia bisa mengerti pesan yang ada. Jalan berdua dengan dia sore itu, sangatlah menyenangkan. Karena selama ini kami selalu jalan bareng2, alias 1 paket, aku suami dan 3 anak... fuihhh...lebih seru sih, tp kali ini berkesan banget. Apalagi bagi anakku, pertama kalinya dia akan masuk ke bioskop! Sepanjang perjalanan, dia sudah heboh, membayangkan didalam bioskop itu seperti apa, bukan filmnya bo!

Setelah membeli tiket, kami mampir toko optik untuk memeriksakan matanya. Aku sdh curiga waktu dia membaca kamus bahasa inggris, terlalu dekat dan ternyata betul, mata dia minus 0.5! Selesai membayar DP untuk pembelian kaca mata, kami makan malam, pilihan dia ya, fried chicken tentunya...makanan junk food penuh dengan lemak dan kolesterol bagi emaknya!

Jam menunjukkan 18.15, pintu theater sudah dibuka, kami masuk kedalam. Anakkku senguin berat, terus aja bicara, koq gelap ya, ma! Koq kursinya gak bisa buat tiduran ya? Sementara Extra film diputar, judulnya Tali Pocong Perawan..hi...hi..ngeri juga bacanya, eh..tp dia justru terpingkal2 liat mamanya ketakutan dan terkaget2

Film Ayat - Ayat Cinta cukup bagus, ada konflik ada persahabatan ada cinta ada banyak yang dapat aku pelajarin. Dipertengahan film mulai air mata keluar tanpa pamit, penonton terbawa emosi dan larut dalam emosinya.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari film tersebut adalah suatu keihlasan. Ikhlas untuk membagi cinta suami kepada orang lain. Tapi meskipun cuman terdiri dari 6 huruf, untuk memenerapkannya tak semudah kita mengucapkannya. Bagaimana kita ikhlas untuk berbagi cinta? Bagaimana kita dengan ikhlas kehilangan orang yang kita cintai, sesuatu yang kita sayangi, melepaskan sesuatu yang telah menjadi darah daging kita.

18 February 1998, Bapak meninggal, awalnya aku sedih sekali, karena Bapak meninggal 1 minggu sebelum hari ultahnya, dimana Bapak minta hadiah yang sudah disanpaikan. Berbulan2 aku tidak bisa menerimanya, apalagi Mama. Bulan demi bulan, Mama terlihat semakin tua, meskipun Mama bilang kalo Mama sudah mengikhlaskan kepergian Bapak, tapi aku nggak yakin. 2, 5 tahun setelah itu, Mama terlihat lebih sumringah, rambut dipotong pendek model bob, ditoning hitam, Mama terlihat cantik sekali, lebih muda mungkin karena Mama sudah bisa ikhlas dengan kepergian Bapak. Namun, aku hanya bisa menikmati keceriaan Mama sesaat, 2 tahun 8 bulan setelah kepergian Bapak, 2 Oktober 2000, Mama menyusul. Sekali lagi aku harus mengikhlaskan kepergian orang yang dekat denganku.

Tahun 1997, aku kehilangan sepeda motor, padahal baru satu bulan aku menerima BPKB, karena motorku baru lunas setelah 2 tahun nyicil. Marah, benci, kecewa.. semua jadi satu. Setelah 1 tahun pontang panting mencari di beberapa polsek/polres, aku baru bisa mengikhlaskan dengan menjual BPKB dan STNK. Setelah itu plong...kita ihlaskan saja,nggak mungkin kembali barangnya tapi mungkin akan diganti oleh Tuhan yang lebih baik

Ikhlas, kapan terakhir kita mengikhlaskan sesuatu? Seorang pimpinan yang korup, sebaiknya mengembalikan yang bukan haknya dengan ikhlas, sebelum diseret kepengadilan. Seorang wanita yang mencintai suami orang, sebaiknya secara ikhlas mulai mengundurkan diri dan merelakan bahwa dia adalah milik keluarganya, istri dan anak2nya. Seorang yang mencintai masa lalunya, sebaiknya sudah mulai melupakan dan merelakan bahwa masa lalu adalah kenangan dan tak mungkin kembali, kecuali kita punya jam waktu yang bisa dimundurkan.

Ikhlas, mari kita belajar untuk bisa mengikhlaskan apa yang sudah pergi, apa yang sudah hilang, apa yang bukan milik kita. Insya Allah, Tuhan akan menggantikannya yang lebih baik. Amien.

Tidak ada komentar: