Jumat, 02 Mei 2008

Menanjak itu “enak”

Kamis 1 Mei, janjian bareng om Wargo dan Heri di depan kantor polisi E-plaza simpang lima. Jam 05.45 aku meluncur dari rumah banyumanik semarang atas, ini pertama kali aku bersepeda jauh sejak terakhir aku bersepeda jaman waktu SMP dulu. Meluncur turun dari gombel uenak banget trus naik dikit di PLN jatingaleh sudah turun lagi di sultan agung, naik lagi di akpol udah turun lagi di siranda-pahlawan sampai simpang lima. Nggak capek lho mas!! Ya jelas saja lha wong banyak turunnya.

Sambil nunggu mereka aku mulai ‘mikir’ juga ntar bagaimana pulangnya? Tiba-tiba ada bapak2 tua sekitar 50 tahunan, kulitnya item, pakai sepeda balap nyamperin, “nggak ada orang dik?”

“Nggak ada pak, dari mana pak?” memang kata teman-teman biasanya ditempat aku nungguin mereka banyak biker pada nongkrong kalau pagi, cuman pagi tanggal merah ini emang nggak ada orang.

“Dari ungaran” katanya

Wah, ada juga orang ungaran yang bersepeda sampai simpang lima pikirku, “lha bapak rumahnya ungaran?”

“nggak, rumah saya thamrin (semarang bagian bawah), yuk dik kita ke tengah lapangan” katanya

Mendengar itu aku langsung ciut tapi juga langsung semangat, orang setua itu pagi-pagi udah sampai ungaran dan turun lagi ke simpang lima!!!!

Setelah om Wargo da Heri datang, aku ceritakan orang tua tadi, kata mereka itu biasa, banyak yang melakukan. Wah, jadi tambah semangat nih. Kita bertiga lanjutkan perjalanan dengan genjot ke rumah om Wargi di klipang. Ternyata setelah beberapa kali bersepda didaerah atas yang konturnya naik turun membuat perjalanan di jalan datar menjadi lebih enteng. Setelah mampir di rumah om Wargo dan lihat tikus putih peliharaannya yang banyak dan ‘nggilani’ aku dan Heri pulang, aku lanjut sendiri naik ke tanjakan sigar bencah, dan Heri pulang ke gunung pati lewat kota.

Tanjakan sigar bencah memang luar biasa, setelah sebelumnya dihajar dengan jalan perumahan sekitar yang naik turun bikin kempol (‘paha mas’) mau pecah, aku disambut dengan tanjakan memanjang dengan kemiringan kalau nggak salah 20 derajat depanjang 1 kilometer dan ….ampun om…!!!...aku istirahat dua kali sampai akhirnya di tikungan terakhir yang langsung disambut dengan tanjakan berikutnya denan kemiringan sekitar 30 derajat sepanjang 500 meter, aku putuskan untuk turun dan menuntun sepeda karena penglihatanku sudah berkunang-kunang dan jantung detaknya udah makin kenceng, dari pada KO!. Sampai pertengahan aku istirahat lagi dan kucoba untuk genjot lagi sampai kira-kira 20 meter sebelum akhir tanjakan aku turun lagi dan kudorong sepeda sampai puncak dan terus kugenjot sepeda sampai rumah.

Totalnya berapa kilometer aku juga nggak ngerti, mungkin 15-20 kilometeran. Tapi aku puas, dan aku yakin kalau aku rutin latihan aku pasti bisa naik sigar bencah tanpa turun sadel suatu saat. Minggu depan aku coba lagi!

Tidak ada komentar: