Sabtu, 21 Juni 2008

Black out di jatingaleh

Pengalaman yang semoga tidak terulang lagi. Setelah makan bareng teman-teman dan pak Wargo di paparons pizza, jam 20.00 aku langsung gowes pulang lewat tanjakan siranda, sultan agung dan naik ke jatingaleh. Nafas ngos2an banget dan aku tetap mencoba untuk gowes pelan dan berirama. Sebelum tanjakan gombel aku putuskan beritirahat dan beli air mineral. Saat mengeluarkan uang dari dompet dengan nafas masih tersengal tiba-tiba kepala mulai berputar dan perut mual rasanya pengen mutah dan pening. Aku langsung duduk di trotoar, mengatur nafas tapi gagal, kepala tambah pening dan perut tambah mual tapi nggak bisa mutah, akhirnya aku ‘ndlosor’ meluruskan kaki di aspal dan bersandar di trotoar, sampai akhirnya ‘gelap!” gawat ini. Tapi luar biasa berkat Sang Hyang Widhi, dalam keadaan black out aku masih bisa ingat bahwa aku besok minggu harus jadi tour leader buat kawan-kawan b2w ke rute kalikayen (mungkin pikiran itu yang membuat aku tidak bablas pingsan) Akhirnya seorang laki-laki gondrong (namanya mas Supri) menawarkan teh manis panas kepadaku. Setelah minum teh manis panas kondisi berangsur pulih, dan setelah setengah jam istirahat aku lanjutkan pulang melewati tanjakan gombel dan akhirnya sampai dirumah dengan selamat.

Pelajaran buat aku :

1. Jangan memaksa berlebihan (istirahat bila capek).

2. Jangan pernah lupakan air (agar tidak dehidrasi).

3. Segera buat gelang (digrafir nama dan telpon rumah), siapa tahu diperlukan saat kita pingsan.

4. Pinter-pinter ngatur irama saat nanjak, dan lebih sering latihan, seperti kata pepatah “semua bisa karena sering”

Dan aku yakin bahwa setelah ini secara fisik aku pasti naik kelas, semoga. Besok minggu kita coba jalur kalikayen bareng teman-teman.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

semarang sering black out ya?