Minggu, 09 Maret 2008

Merayakan kematian

“Belajar mensyukuri kematian karena sebenarnya kematian adalah awal dari kelahiran kembali menuju kesempurnaan”

Apakah ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi setelah kita mati? Aku tak berani menjawab pertanyaan ini. Masing-masing keyakinan punya pandangan sendiri-sendiri tentang apa yang akan terjadi setelah kematian. Di Bali, upacara Ngaben bisa menghabiskan berjuta-juta uang atau bahkan bermilyar. Bayangkan saja untuk persiapan upacaranya saja mereka harus memasak untuk masyarakat yang membantu persiapan upacara dari membuat sesaji, wadah (rumah-rumahan yang akan diarak) dan lain sebagainya yang detailnya banyak sekali, dan memakan waktu berhari-hari untuk mempersiapkannya. Laksana mempersiapkan sebuah pesta yang besar bahkan lebih besar dari pesta saat penyambutan kelahiran.

Diceritakan bahwa dibalik kelahiran kembali atau biasa disebut reinkarnasi adalah kesempatan yang diberikan olehNya kepada manusia untuk memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik dari kelahiran yang satu ke kelahiran yang berikutnya sampai akhirnya mencapai “kesadaran” yang tinggi lalu moksa. Jadi sebenarnya saat kita mati adalah momentum yang tepat bagi kita untuk nantinya bisa menjadi manusia yang lebih baik. Di sebuah kitab tentang kematian di Tibet disebutkan bahwa sebenarnya kita bisa memilih untuk kelahiran kita yang berikutnya, namun itu hanya bisa terjadi bila kita memiliki kesadaran yang baik. Kesadaran yang baik bisa dicapai dengan salah satunya adalah meditasi.

Memang rasanya terdengar aneh saat mendapatkan ide untuk merayakan kematian. Saat pergi ke rumah kakek yang meninggal karena sakit paru-paru, istripun bilang “kau jangan macam-macam, dimanapun saat ada kematian disitu pasti ada kesedihan, tapi kamu malah mau merayakan” . Tapi menurutku ini penting sekali, karena bila kita sadar akan kematian, maka yang akan kita lakukan adalah perbaikan terus menerus terhadap diri kita. Mengapa? Karena kita perduli dengan kematian. Karena kita perduli, kita pasti akan mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya, baik dari segi perilaku kita dan lainya yang biasa disebut warisan. Warisan biasanya dikaitkan dengan harta, mungkin tidak ada salahnya menambahkan warisan berupa contoh-contoh dari kehidupan kita sehari-hari. Yang nantinya akan ditiru oleh anak cucu kita.

Kesimpulannya, mari kita belajar mempersiapkan kematian dengan melakukan hal-hal yang berguna, positif, dan mari belajar untuk tidak takut terhadap kematian melalui keheningan dan meditasi. Memang tidak mudah, tapi kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi??

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ya...mari kita persiapkan...:) anyway this is great posting, bro