Selasa, 28 Oktober 2008

Buka koleksi lama anda

Gara-gara bau kotoran tikus yang menyengat di kamar, aku akhirnya membongkar laci lemari yang kira-kira sudah 5 tahun tidak pernah aku buka. Oleh Rati ‘asisten’ di rumah laci itu dikeluarkan dan isinya disebar di teras untuk dibersihkan. Ternyata isinya adalah koleksi CD dan VCD yang lama, dan aku menemukan VCD yang luar biasa, yang kalau aku melihatnya sekarang di konter penjual VCD aku pasti beli lagi karena menurutku koleksiku itu sudah hilang! Koleksi itu antara lain konser grup rock METALICA bareng San Fransisco orchestra, kemudian DEEP PURPLE bareng Phil harmonic orchestra! Ini luar biasa! Begitu aku putar, suaranya menggelegar dan membangkitkan impian-impian lama yang terkubur dan terlupakan, semangatku berkobar, ubun-ubunku panas, hatiku bergetar. Aku baru sempat melihat yang Metalica, disitu seolah-olah aku ikut melihat dan ikut menganggukan kepalaku ‘head banging!’ mulai whenever I may roam, one, enter the sandman dan lagu-lagu lain yang menggetarkan. Kalau anda sekolah SMA di tahun 90an anda pasti masih ingat betapa hebatnya pengaruh riuhnya Metalica saat itu. Tapi terus terang aku lebih suka yang versi orchestra. Aku jadi teringat impian-impian naïf seorang anak SMA yang sedang mencari jati dirinya, atpi terus terang impian-impian itu membuatku semangat dan bergelora.

Yang Deep Purple aku belum sempat melihatnya lagi, memang sebenarnya grup itu adalah lebih tepatnya heboh saat papi mamiku masih pacaran. Tapi bagiku orang-orang tua itu biarpun lebih santun dibanding Metalica, tapi tetap saja ‘ngerock’ dan fisik tua rapuh tidak tampak sedikitpun di wajah dan tubuhnya, yang terpancar adalah semangat yang luar biasa saat menyanyi dan bermain musik. Yang mana bisa membuat dirinya sendiri bersemangat, bergetar dan akhirnya menular pada mereka yang menonton. Aku jadi kangen dengan gaya jeans model cowboy dipadukan baju lengan panjang putih/hitam polos, dikeluarkan dan digulung lengannya. It’s so cool.

Makanya, bila anda merasa kurang bersemangat atau tidak bersemangat dengan hidup anda sekarang, coba buka koleksi CD, VCD atau kaset anda. Cari grup musik yang anda suka, cari yang LIVE!! Dan saran saya cari yang beatnya cepat, and it’s ROCK! Kalau anda nggak suka rock, ya….cari jalan agar anda suka karena ROCK NEVER DIE!! LET’S ROCK OUR LIVE! And REACH YOUR DREAM!

Minggu, 19 Oktober 2008

Apakah kita berkembang? Dan perlukah kita?

Dulu ketika saya masih sekolah dan kuliah keinginan terbesarku adalah cepat-cepat menyelesaikannya dan bekerja sehingga aku tidak perlu untuk belajar lagi. Dalam bayanganku dulu adalah ketika seseorang itu bekerja dia tidak perlu susah-susah lagi untuk belajar, dan akhirnya kuliahku tidak selesai karena keinginanku untuk tidak belajar lebih besar, dan satu lagi aku sudah bekerja dengan karir yang nggak jelek juga.

Sekarang, aku masih bekerja dan anaku sudah 3, Luhde kelas 3, Dena kelas 1 dan Nyoman TK kecil. Aku masih tidak begitu menyukai pendidikan formal, tapi sekarang aku suka sekali belajar, aku suka sekali membaca. Salah seorang atasanku pernah memintaku untuk kuliah lagi, dan aku memutuskan bahwa cara belajarku adalah tidak melalui bangku kuliah, aku memilih dengan cara membaca buku dan berdiskusi dengan orang yang ahli dalam bidang yang aku ingin ketahui.

Lalu timbul pertanyaan, apakah aku berkembang? Aku bisa jawab, ya! Ukurannya apa? Yang jelas caraku memandang masa depan berbeda dengan dulu, apa lagi? Cara mendidik anaku, membina hubungan dengan pasanganku, cara bekerjaku, caraku menghadapi dan menyelesaikan masalah berbeda dan berkembang dari tahun ke tahun. Biasanya setiap pergantian tahun dan saat berulang tahun aku suka melakukan kilas balik terhadap hidupku. Apa saja yang sudah aku capai, Apa saja yang belum aku capai dan apa saja yang sedang dalam progress. Begitu caraku menilai perkembanganku, kemudian aku membuat goal-goal baru, karena aku yakin bahwa hanya dengan memiliki goal yang jelas seseorang bisa berkembang.

Kemudian ada pertanyaan, apakah kita perlu berkembang? Sebelumnya harusnya pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita ingin anak-anak kita berkembang? Atau apakah kita ingin staff-staff kita berkembang? Atau yang lebih umum apakah kita ingin orang-orang disekitar kita berkembang? Bila jawabannya ya, maka kita perlu sekali untuk berkembang. Karena cara yang paling mudah untuk membuat mereka yang disekitar kita berkembang adalah dengan membuat orang-orang tersebut melihat dengan jelas perkembangan kita, seperti kata pepatah “cara mendidik/memimpin paling mudah adalah dengan memberikan contoh”/Leading by example.

Insprirasi tulisan ini adalah istriku yang telah banyak memperlihatkan perkembangannya sehingga aku mau berkembang.

Senin, 13 Oktober 2008

Crtl – Z


Kita semua yang pakai komputer pasti sudah paham dengan istilah Crtl – Z yang artinya kita bisa kembali ke langkah sebelumnya bila kita membuat kesalahan. Aku Cuma membayangkan andai saja itu bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sering sekali kita salah bicara, dan setelah omongan itu keluar dari mulut kita, baru kita menyadai bahwa kalimat tersebut tidak seharusnya keluar karena mungkin itu menyakiti orang yang kita ajak bicara, atau saat kita bernegosiasi omongan itu bisa merugikan kita. Atau mungkin kita bisa memiliki kemampuan seperti salah seorang karakter dalam serial Heroes yang nisa menghentikan waktu dalam sekejap dan memperbaikinya sehingga kejadian saat itu akibat buruknya tidak terlalu besar. Mungkin suatu saat bisa terjadi. Tapi yang saat ini mungkin terjadi adalah bagaimana kita bisa mengontrol apa yang akan keluar dari diri kita, baik itu berupa perkataan ataupun perbuatan, dan ini perlu usaha dan latihan. Beberapa usaha yang kita bisa lakukan antara lain adalah dengan belajar lebih banyak, seperti baca buku, belajar dari orang yang lebih baik, seminar tentang kepribadian, motivasi, dan yang penting lagi adalah mempraktekan apa yang sudah kita perlajari, jangan hanya meng”amini” apa yang kita pelajari. Jadi, mari kita berlatih untuk berpikir tentang apa akibat dari perkataan atau perbuatan kita sebelum meng”enter” keyboard dalam diri kita, sehingga yang keluar adalah hal yang kita inginkan untuk keluar, bukan asal “njeplak”, dan sekali lagi bahwa bila kita memasukan hal-hal yang positive terhadap diri kita melalui pembelajaran, pasti yang keluar dari diri kita juga hal yang positive, karena tubuh ini seperti sebuah komputer.

Selasa, 07 Oktober 2008

Kerendahan hati

Dulu, bagiku mencium punggung tangan itu adalah sesuatu yang aneh. Padahal ketiga adiku melakukan hal itu kepada papi mami di rumah. Saat aku melihat para santri mencium tangan gurunya akupun merasa aneh, dan aku rasa mereka tidak perlu sampai seperti itu. Akup, saat itu sudah merasa menjadi orang yang rendah hati, dan teman-temankupun memujiku bahwa aku orang yang bisa merendahkan hati kepada siapapun biarpun aku tidak mencium tangan siapapun. Ternyata, aku terlena dengan pujian itu, dan mulai sombong dengan mengukuhkan diri sebagai orang yang rendah hati. Tanpa sadar, ternyata dengan mengukuhkan diri sebagai apapun itu berarti kita sudah ‘meninggikan’ hati kita.

Tapi Sang Hyang widhi memang selalu sayang pada umatNya. Dimulai dari beberapa bulan sebelum Lebaran kemarin, aku mengaalami situasi-situasi yang membuat aku berpikir dan introspeksi, dan disitu aku mulai sadar bahwa aku masih tinggi hati, menganggap bahwa diriku sudah benar, sudah baik, sudah tidak sombong, sudah rendah hati, sudah lebih pinter dari yang lain, lebih baik dari lain dan sudah-sudah yang lainnya. Dan di situlah titik balik dimana aku memutuskan untuk mulai mencium tangan kedua orang tuaku. Untuk neneku kebetulan sudah kucium tangannya dari dulu. Lalu berlanjut dengan mencium tangan tanteku, omku, budeku, pakdeku di saat Lebaran kemarin, dan inginnya aku bisa mencium tangan kakak iparku, tapi sayang dia tidak bisa ikut berkumpul saat Lebaran. Tuhan aku sudah berusaha merendahkan hatiku, tapi tetap saja aku tidak bisa ‘mengikhlaskan’ kerendahan hatiku terhadap semua orang yang seharusnya aku tuakan, masih ada beberapa om dan tanteku yang aku ‘tidak’ cium tangannya karena aku menganggap bahwa mereka belum perlu aku perlakukan begitu. Tapi aku berjanji, dan aku akan berusaha untuk mencium tangannya saat bertemu nanti, karena aku mau menaruh rasa hormatku kepada mereka, karena bagaimanapun, mereka sudah belajar lebih banyak tentang hidup dibandingkan aku, karena mereka sudah hidup lebih lama dari pada aku. Dan dengan mencium tangan orang-orang yang aku tuakan, aku merasa dapat berlatih untuk selalu merendahkan hatiku.

Selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin untuk semua saudara dan temanku.